Anakku Hobi Menguping
Menguping, menimbrung, atau memotong pembicaraan orang tua, tak jarang dilakukan di usia sekolah. Meski wajar dan lumrah, tetap saja perilaku ini tak boleh dibiarkan.
Di rentang usia ini (mulai usia 2 sampai 12 tahun), sosok orang tua dan kehidupan orang dewasa merupakan sesuatu yang menarik buat anak. Seperti diketahui, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai hal-hal yang yang biasa dilakukan orang dewasa di sekitarnya, khususnya orang tua. Jadi, singkatnya, anak bisa melakukan hal tersebut boleh jadi karena mendapat contoh seperti itu, yang didukung oleh perkembangan kemampuan bahasa dan sosialnya. Kemampuan ini merupakan dasar kemampuan berkomunikasi dengan orang lain untuk menyatakan dan mengekspresikan siapa dirinya pada lingkungan (keinginan-keinginannya, harapan-harapannya, pendapat atau opini). Jadi, jika anak memiliki keterbatasan atau perkembangan kemampuan bahasa dan sosialnya tidak oke, ada kemungkinan anak tidak bisa melakukannya.
Ingin Perhatian
Meski bersifat alamiah, perilaku menguping, menimbrung dan memotong pembicaraan juga bisa muncul lantaran anak ingin segera mendapatkan perhatian orang tuanya karena ia memiliki hal-hal yang ingin segera disampaikan. Biasanya anak-anak ini kurang memiliki kesabaran untuk menunggu, juga menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Dia mau, keinginan atau permintaannya segera dipenuhi.
Bisa juga karena isi pembicaraan tersebut berhubungan dengan kepentingan dirinya, sehingga ia perlu memperjuangkan keinginannya. Selain itu, juga bisa disebabkan anak ingin ikut berpendapat. Walau masih anak-anak, di usia ini anak sudah mempunyai keinginan pendapatnya di ketahui dan diakui orang lain, termasuk orang tuanya. Dengan hal ini anak bisa membangun harga dirinya atas dasar kompetensi bahwa dirinya mampu produktif, termasuk di dalamnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang berguna untuk orang lain.
Sebab lainnya, mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ketika orang tua sedang berbicara satu sama lain atau berbicara dengan orang lain, dapat dipastikan perhatian orang tua fokus pada hal yang sedang diperbincangkan. Nah, biasanya ini sering dijadikan kesempatan oleh anak untuk orang tua meluluskan keinginannya.
Kiat Meluruskan
Satu hal yang perlu kita catat, walau dari segi perkembangan, perilaku ini adalah sesuatu yang alami dan dapat dipahami, namun Ayah dan Ibu tetap tidak boleh membiarkan. Kita wajib membimbing, mengarahkan anak, serta mengajarkan cara-cara yang tepat dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Hal ini penting, karena kemampuan ini akan menjadi dasar dalam kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain di kemudian hari, bahkan hingga dewasa.
Andaikan kondisi ini tidak disikapi dengan serius oleh orang tua, bukan tak mungkin anak tumbuh menjadi seorang yang memiliki masalah dalam berkomunikasi. Akhirnya bisa menuai masalah relasi dengan orang lain, selain itu juga anak bisa tumbuh menjadi seorang yang egois dalam berkomunikasi karena ia selalu menuntut orang lain untuk menjadikannya pusat pembicaraan, mendahulukan dirinya untuk memberi pendapat, tidak bisa menerima atau mendengar pendapat orang lain, dan sulit bertoleransi terhadap kepentingan orang lain.
Oleh sebab itu anak kita perlu diberikan pemahaman mengenai prinsip-prinsip komunikasi.
- Ada saat berbicara, ada saat diam untuk mendengarkan. Katakan pada anak, setiap orang memiliki gilirannya masing-masing untuk berbicara dan mendengarkan. Ketika waktunya orang lain berbicara, maka kita harus diam dan mendengarkan.
- Memberi tanda untuk meminta giliran berbicara. “Tanda” meminta giliran berbicara dapat disepakati Bersama dalam keluarga, seperti mengangkat tangan, atau memegang tangan lawan bicara. “Boleh saya…”. Saat kita mendapati anak melakukan, misal memotong pembicaraan, katakana padanya, “Tunggu sebentar ya, Ayah selesaikan pembicaraan ini dulu. Setelah ini baru Ayah akan mendengarkan kamu.” Ketika anak sudah berhasil mengikuti aturan komunikasi di atas, orang tua harus segera memberi perhatian pada kebutuhan anak untuk bicara. Orang tua tidak boleh terlalu lama mendiamkan anak. Untuk anak yang lebih besar orang tua dapat menggunakan patokan waktu dalam menit, “Tunggu ya, 5 menit lagi Ayah selesai, kamu boleh berbicara setelah itu.” Begitupun orang tua harus memberikan afirmasi kepada anak, “Bagus sekali. Kamu sudah sabar menunggu giliran untuk bicara.
- Ada topik-topik atau hal-hal tertentu dalam pembicaraan orang lain yang tidak boleh dicampuri. Prinsip ini perlu dijelaskan pada anak agar ia mengetahui Batasan-batasan kepentingan dan keterlibatan seseorang dalam komunikasi. Misalnya, “Ketika Ayah memberi aturan pada Adik, Kakak tidak boleh ikut campur ya.”
.jpg)
Tentunya perlu waktu untuk si buah hati memahami ketiga prinsip dasar komunikasi tersebut. Namun, percayalah, perlahan tapi pasti perilaku menguping, menimbrung atau memotong pembicaraan ini akan berlalu. Yang penting Ayah dan Ibu tidak bosan memberikan penjelasan kepada si buah hati.
0 Response to "Anakku Hobi Menguping"
Post a Comment