Jangan Kucilkan Anak dengan TBC
Kasus tuberkulosis (TBC)) pada anak masih relatif sulit diperkirakan. Ada beberapa hal yang membuatnya demikian. Masalah terbesar adalah sulit mendapat diagnosis melalui tes dahak atau sputum karena anak belum bisa mengeluarkan dahak.
Badan kesehatan dunia WHO menyebutkan lebih dari 250 ribu anak terjangkit TBC setiap tahun, dan 100 ribu anak akan meninggal karenanya. Belum ada data pasti prevalensi anak yang terinfeksi TBC di Indonesia. Namun, Penelitian yang dilakukan di beberapa daerah menyebutkan sekitar 10% dari anak usia sekolah dasar menderita TBC.
Dikatakan oleh Dr. Nastiti Rahajoe, Sp.A(K),seorang pulmunolog anak, Bahwa anak-anak di Indonesia lebih rentan mengalami TBC ketimbang anak di negara maju. Anak beresiko tinggi terinfeksi kuman Mycrobacterium Tuberculosis karena sumber penularan dari dewasa masih cukup banyak.
“Hanya saja tidak semua anak yang terinfeksi TBC belum tentu akan mengalami sakit TBC,” tutur Dr. Nastiti.
Hal ini bergantung pada banyak faktor, misalnya saja kuman, usia anak, lingkungan, serta keadaan anak. Namun, anak beresiko tinggi terkena TBC bila bapak-ibunya mengalami TBC aktif. Yang paling dikhawatirkan tentu saja bila infeksi TBC yang dialami anak akan menjalar ke selaput otak hingga menimbulkan TBC meningitis.
Pada anak, sumber yang bisa menularkan kuman TBC adalah orang yang paling dekat dengan mereka.Pada bayi atau balita sumber terdekatnya adalah orang tua. Bayi baru lahir dan orang tua dengan TBC aktif, sejatinya tidak harus langsung diberi vaksin BCG. Dr. Nastiti justru menyarankan diberi obat anti TBC pada mereka selama beberapa waktu hingga orangtua tidak menjadi TBC aktif lagi. Dengan begitu, sebenarnya orang tua yang sakit TBC harus mendapat pengobatan secara lengkap.
Vaksin Baru
Pada anak balita, terutama di bawah usia 1 tahun, daya tahan tubuh yang belum sempurna membuat mereka rentan terinfeksi dan sakit TBC. Sementara pada anak akil baligh, kerentanan terjadi karena ada faktor lain seperti masa pertumbuhan yang cepat dan perubahan hormonal.
Itu sebabnya, pada anak bayi, vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) diwajibkan. Pada vaksinasi ini, basil tuberkulosis yang sudah dilemahkan akan disuntikkan kepada bayi maupun anak. “Dengan menyuntikkan BCG, daya tahan tubuh akan dibangkitkan,” ujar Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K).
Saat vaksin disuntikkan, secara otomatis tubuh akan membuat perlawanan terhadap basil lemah tersebut. perlawanan tubuh dalam bentuk sebagian (disebut sebagai imunitas seluler) akan tetap siap sedia, sehingga bila nantinya ada basil TBC Sesungguhnya masuk dalam tubuh, orang yang telah di vaksin ini sudah mempunyai pertahanan tubuh.
Meski begitu, lanjut Dr. TJandra, vaksin BCG kini dikawatirkan tidak dapat mencegah sepenuhnya kejadian sakit TBC, tetapi dapat mencegah terjadinya TBC berat dan mematikan seperti halnya TBC milier dan meningitis TBC.
Sebelum memberikan vaksin BCG, ada baiknya bayi diperiksa terlebih dulu apakah sudah terinfeksi TBC atau belum. Sebab, bila vaksin BCG diberikan padahal bayi atau anak sudah terinfeksi TBC, justru akan memberatkan anak. Ini karena vaksin BCG berisi kuman TBC yang sudah dilemahkan. Belum lagi, vaksin BCG baru efektif pada 2-3 bulan kemudian. Sejauh ini, ada beberapa kandidat vaksin yang sedang dicoba untuk menggantikan BCG. dikatakan Dr. Tjandra, meski belum ada nama yang definitif.
Ditambahkan oleh Dr. Nastiti, bila dirumah bayi ada orang dewasa dengan TBC aktif, tindakan pencegahan harus dilakukan. Bayi sebaiknya diberi obat anti TBC dulu hingga orang dewasa itu benar-benar telah menyelesaikan pengobatannya.
Tidak Menularkan
Pada anak yang sudah sakit TBC, pemberian obat anti TBC hampir sama seperti orang dewasa, tetapi dosisnya berbeda.Pada dewasa, untuk INH (isoniazid) dosisnya 4-6 mg/kg berat badan.Untuk anak-anak dosisnya 10-15 mg/kg berat badan. Lama pengobatan minimal 6 bulan, dan pada kasus berat bisa berkisar 9-12 bulan.
Anak-anak yang sakit TBC masih tetap bisa masuk sekolah. “Jangan dikucilkan,” kata Dr. Nastiti. Karena anak dengan TBC tidak bisa menularkan penyakitnya seperti halnya orang dewasa. Anak sakit TBC jarang atau malah tidak membantukkan dahak. Belum lagi, kuman TBC pada anak berada di bagian perifer paru yang letaknya jauh dari tenggorokan dengan jumlah yang sedikit.
Metode terbaik untuk mencegah kasus TBC pada anak adalah dengan menemukan, mendiagnosis, dan mengobati kasus TBC aktif diantara orang dewasa. Anak-anak biasanya tidak terkena TBC dari anak lain. Orang dewasalah yang biasanya menjadi penyebab TBC terhadap anak.
TBC pada anak terutama disebabkan oleh kegagalan pengobatan infeksi pada pasien dewasa. Orang dewasa yang tidak melengkapi pengobatan TBC berarti menempatkan anak usia dibawah 10 tahun beresiko terinfeksi dan menjadi TBC aktif.
0 Response to "Jangan Kucilkan Anak dengan TBC"
Post a Comment