Apakah Bayi yang Besar itu Sehat? Ini Penjelasan dr. Dedi Wilson Sp.A
“Berapa berat lahir si kecil, Bu? Empat koma sepuluh kilo. Kecil-kecil sudah berat sekali dia. Wah, hebat amat. Waktu hamil, makannya bagus, ya, Bu. Nggak ada hambatan?”
![]() |
dr. Dedi |
Di Indonesia sendiri berat normal rata-rata bayi pada umumnya adalah 3,4 kg. Jika lahir di atas berat normal bayi pada umumnya, bayi tersebut juga bisa dianggap bayi besar atau giant baby.
Lebih lanjut lagi Dr. Dedi mengatakan secara garis besar bayi yang lahir dengan bobot yang besar dibedakan menjadi dua, yakni normal dan tidak normal. Disebut bayi normal jika berat tubuh di atas rata-rata itu memang disebabkan oleh factor keturunan atau genetik. Contohnya dalam satu keluarga ada garis keturunan yang beberapa anggota keluarga ada yang besar-besar tubuhnya, seperti orang Spanyol, dan Pakistan.
Baca juga : Anak Sering Mengompol, Berbahayakah? Ini Penjelasan Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K)
Sedangkan yang disebut tidak normal adalah jika peningkatan berat tubuhnya disebabkan gangguan, yang paling sering ditemukan adalah penyakit gula sang ibu selama kehamilan. Bayi besar lahir dari ibu hamil yang mempunyai kadar gula tinggi, dikarenakan kelainan metabolisme glukosa yang pindah ke tubuh janin melalui plasenta.
Selain itu karena hormone insulin ibu yang harusnya mengolah darah ternyata tidak bisa melewati plasenta. Akibatnya, kadar gula dalam tubuh janin ikut tinggi. Kadar glukosa dalam janin tinggi otomatis diolah menjadi kalori, sehingga tak heran tubuh bayipun tumbuh lebih besar dari biasanya.
“Bayi yang lahir besar meskipun yang lahir disebabkan factor keturunan pada saat kelahirannya akan menghadapi banyak resiko pada ibu maupun pada bayinya,” jelas Dr. Dedi.
Proses kelahiran bayi besar memerlukan Tindakan medis tertentu, misalnya menggunakan alat khusus berupa forsep atau ekstraksi vakum, terkadang juga harus dengan operasi sesar. Tindakan medis tambahan dalam persalinan ini termasuk operasi akan meningkatkan resiko komplikasi dalam persalinan.
Selain itu bayi besar yang lahir dengan jalan lahir biasa (pervaginam) dikuatirkan proses persalinannya bisa macet, dan ini berbahaya bagi si bayi. Terkadang persalinan terpaksa dilakukan dengan Tindakan ekstraksi vakum. Tindakan vakum itu jika tidak dilakukan dengan benar bisa beresiko komplikasi seperti terjadi kerusakan kulit kepala atau pendarahan pada kepala bayi.
Baca juga : Ajarkan dan Bekali 4 Kata Ajaib Ini Pada Anak Anda Menurut Katarina Ira Puspita, M.Psi
Selain itu, persalinan bayi besar dengan bantuan alat ekstraksi cunam, juga bisa menimbulkan resiko komplikasi seperti perlukaan di wajah si bayi. Pada keadaan yang parah, bahkan bisa terjadi gangguan persarafan di wajahnya, karena saraf yang ada di wajah tertekan ekstraktor cunam.
Oleh karena itu dengan berbagai resiko komplikasi inilah, ada baiknya ibu hamil sudah harus mengetahui janin yang dikandungnya dalam ukuran besar atau tidak. Dokter kandungan biasanya bisa mengetahui apakah ukuran bayi termasuk besar, missal, malalui pemeriksaan USG.
“Kalau sejak kehamilan hal itu sudah bisa diketahui, maka bisa dilakukan persiapan kelahiran dengan lebih baik sehingga resiko komplikasi bisa diminimalkan,” papar Dr. Dedi.
Dokter umumnya menganjurkan kepada sang ibu agar melahirkan melalui cara operasi saja.
Meski begitu, tetap yang terbaik adalah mencegah terjadinya giant baby. Menurut Dr. Dedi, bayi besar yang lahir dari ibu yang menderita diabetes saat hamil, mempunyai keadaan khusus yang perlu diwaspadai, karena sejak dalam kandungan janin terbiasa menerima asupan darah yang berkadar gula tinggi dari ibunya.
Setelah lahir, janin yang terbiasa menerima glukosa dari sang ibu melalui tali pusat, bisa mengalami hipoglikemia (kadar gula darah yang sangat rendah) karena tali pusatnya kemudian diputus. Keadaan ini sangat berbahaya bagi keselamatan bayi.
Baca juga : Cara Sederhana Tingkatkan Kecerdasan Si Kecil di Usia Emas Menurut dr. Helmin Agustina Silalahi
Oleh karena itu, bayi besar yang baru lahir biasanya dipantau secara ketat kadar gula dalam darahnya. Bila kadar gulanya rendah, dokter yang menanganinya biasanya akan memberikan infus gula dalam bentuk glukosa.
Selain berpotensi menderita hipoglikemi, bayi besar juga bisa terserang gangguan pernapasan atau distress napas (gangguan pernapasan saat lahir). Penyebab dari gangguan pernapasan ini dikarenakan trauma saat dilahirkan atau fungsi paru-parunya yang belum matang.
Kadar gula dan insulin yang tinggi pada saat bayi dalam kandungan dikatakan ada hubungannya dengan terhambatnya proses produksi hormone surfaktan.
“Padahal hormon inilah yang bertugas mengatur pematangan fungsi paru-paru,” jelas Dr. Dedi.
Semoga bermanfaat
0 Response to "Apakah Bayi yang Besar itu Sehat? Ini Penjelasan dr. Dedi Wilson Sp.A"
Post a Comment