Jangan Salahkan Aku Karena Depresi (Terapi, Cara dan Kiat Menangkal Depresi) dari dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, Sp.KJ(K)




"Tidak ada yang bisa kulakukan di dunia ini? Untuk apa aku hidup? Aku adalah manusia yang tidak berharga. Tidak ada gunanya lagi aku berada di tempat ini. Aku sedih sekali, karena tidak ada seorang pun yang menginginkan keberadaanku Lebih baik aku mati."

dr. Ayu Agung
Pernahkah ide-ide tersebut terlintas dalam pikiran Anda? Jika iya, mungkin saja Anda mengalami depresi. Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit yang terasa menghimpit. Meski demikian, apakah wajar kita tenggelam dalam depresi? Atau selama ini apakah kita salah mengerti tentang depresi? Tentunya Anda jangan sampai bingung atau bahkan depresi memikirkan jawabannya. dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, Sp.KJ(K) akan membantu Anda mengenal dan menangkal depresi.


Bukan Sekedar Sedih

Selama ini memang sepertinya masih banyak yang salah mengerti akan depresi yang sebenarnya. Depresi itu bukan berarti sekedar sedih. Tapi lebih dari itu, Jadi bukan karena sedang sedih langsung bilang depresi. Depresi sebenarnya merupakan salah satu bentuk gangguan medik pada diri seseorang. Depresi pada dasarnya memang terkait dengan proses yang terjadi di otak. Jadi seringkali tidak mudah mengusirnya.

Beda antara depresi dengan sedih "biasa" terletak pada gangguan penderitanya. Yang dimaksud dengan gangguan fungsi disini adalah gangguan dalam melakukan aktifitas rutin sehari-hari, misalnya tampak dari kinerja dan produktifitas yang menurun. Hal tersebut disebabkan, selain perubahan mood menjadi hipotim (sedih), penderita depresi juga kehilangan keinginan untuk beraktivitas, kehilangan semangat dan tidak ada energi dalam melakukan kegiatan.

Pada derajat yang lebih berat, ia juga merasa dirinya tidak berharga dan muncul keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Gejala yang lazim ditemukan adalah gangguan tidur, baik itu terlalu banyak atau tidak bisa tidur (insomnia).


Serotonin, Stres dan Depresi

Lazimnya depresi tidak disebabkan oleh salah satu penyebab yang jelas. Melainkan sebagai kombinasi dari berbagai faktor. Depresi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri sendiri, misalnya faktor biokimia. Ada orang yang mengalami kelainan neurotransmiter (zat kimia penghantar sinyal antar saraf) yang disebut serotonin. Pada orang yang depresi, kadar serotonin cenderung rendah. Di luar negeri, karena sudah tersedia pemeriksaan kadar serotonin, maka dapat dipastikan apakah depresi tersebut benar disebabkan oleh menurunnya serotonin atau tidak.


Selain itu pada kelainan otak tertentu terutama pada area otak yang berhubungan mood, juga dapat berbuntut depresi. Maka muncul istilah depresi pasca stroke atau depresi yang berkaitan dengan epilepsi. Misalnya pada pasien stroke yang mengalami kerusakan otak sebelah kiri, biasanya mengalami depresi. Sebaliknya jika sebelah kanan yang rusak, maka mood pasien akan cenderung naik, bahkan sampai mania. 

Pada pasien depresi yang disebabkan oleh kelainan di otak, faktor stres tidak mutlak diperlukan. Karena keadaan otak orang tersebut lah yang membuatnya mudah depresi. Depresi juga diduga berhubungan dengan genetik, karena seringkali terdapat lebih dari 1 orang yang mengalami depresi dalam sebuah keluarga. Namun, bukan berarti dengan tidak adanya riwayat depresi dalam keluarga kita bebas dari depresi.


Faktor eksternal adalah faktor lingkungan, yang umumnya berupa stres psikologis. Stresor merupakan pemicu yang paling sering ditemukan pasien depresi. Stresor dapat berupa berbagai hal, seperti kehilangan orang terdekat, kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Stresor dapat membuat seseorang melakukan introyeksi, menyalahkan diri sendiri dan menjadi depresi.

Terapi

Terapi yang diberikan adalah terapi antidepresan, terutama diberikan untuk depresi berat dan yang dicurigai dilatarbelakangi oleh kelainan biologis. Antidepresan baru menunjukkan efek setelah 1-2 minggu pemakaian. Oleh sebab itu, menurut dr. Ayu, kadang psikiater meresepkan antidepresan dan anticemas sekaligus untuk membantu menenangkan pasien. Sebab awal kerja anticemas lebih cepat. Pemberian anticemas pada kondisi tersebut paling lama hanya selama 2 minggu.

Obat antidepresan tidak menyebabkan ketergantungan seperti golongan anticemas. sehingga dapat diberikan dalam waktu yang cukup lama, 3-6 bulan. Setelah itu dosisnya diturunkan perlahan dan bertahap untuk mencegah relaps (kambuh). Jika dalam waktu 2 minggu tidak ada perubahan bermakna, maka obat mungkin akan diganti. Jika sampai 2 kali ganti obat tidak membaik, maka dipertimbangkan ECT (electroconvulsive therapy).

Penatalaksanaan secara psikologis dilakukan dengan konseling dan psikoterapi suportif. Selain itu pasien juga perlu dipindahkan dari lingkungan yang memicu depresinya. Dukungan keluarga juga sangat penting terutama bagi pasien depresi berat. Pasien golongan tersebut harus diawasi, karena obat antidepresan yang diberikan bisa menjadi pedang bermata dua, karena bisa digunakan sebagai alat bunuh diri.

Dukung dan Dampingi

Penting untuk diingat, pasien depresi sangat membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Keluarga jangan menyalahkan dia karena depresi. Jangan bilang misalnya, "Gitu ada depresi". Karena tidak semudah itu mengatasi depresi. Dengan begitu, sering orang yang depresi merasa disalahkkan dan malah semakin terpuruk dengan depresi.

Pasien depresi butuh pendampingan dan dukungan. Pada saat ia sedih, hendaknya ada seseorang yang menemaninya, lebih baik lagi jika mau mendengarkan keluh kesahnya. Tentu saja, ini bukan berati Anda  harus turut tenggelam dalam depresinya. 

Keluarga atau orang sekitar perlu mendampingi dan mengawasi konsumsi obat. Sebab, ternyata obat dapat disalahgunakan pasien depresi untuk bunuh diri. Pasien depresi memang lazim memiliki keinginan bunuh diri. Jangan anggap remeh pernyataan ingin bunuh diri. Setiap ancaman bunuh diri harus ditanggapi secara serius. Jika sudah keluar kata-kata demikian, sebaiknya pasien segera dibawa ke dokter. 


Sebenarnya ancaman bunuh diri sudah termasuk dalam indikasi rawat inap. Pastikan tidak ada benda-benda yang berpotensi digunakan sebagai alat bunuh diri. Misalnya, tali panjang dan benda-benda tajam. kalau sudah ingin mati, tali sepatu pun dapat dipakai untuk bunuh diri.

Tangkal Depresi

Dr. Ayu mengatakan, untuk menangkal depresi, kita harus berusaha untuk hidup seimbang dengan berpikiran positif. Kita harus dapat menerima kondisi diri dan lingkungan sekitar yang tidak dapat kita ubah. Tidak semua kondisi kehidupan dapat kita kendalikan.


Selain itu dr. Ayu juga berpesan untuk membiasakan diri untuk aktif. Lakukanlah kegiatan positf yang dapat mengisi waktu, sehingga kita tidak sempat melamun merenungkan masalah-masalah mengganggu. Jangan terlalu banyak menyendiri. Aktivitas sosial atau olahraga bersama teman-teman dan keluarga sangat membantu dalam mencegah depresi.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jangan Salahkan Aku Karena Depresi (Terapi, Cara dan Kiat Menangkal Depresi) dari dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, Sp.KJ(K)"

Post a Comment