Hidup Sehat Panjang Usia Tanpa Obat-obatan Menurut dr. Handrawan Nadesul
Sebagian besar yang datang berobat ke praktik dokter sebenarya hanyalah sakit ringan belaka. Sebagian yang sakit ringan pun tidak benar-benar sakit. Sebagian yang benar sakit, kebanyakan yang sakit bukan badannya, melainkan pikirannya (psikomatis).
dr. Handrawan |
Kita juga mengenal ada penyakit jenis yang menyembuh sendiri (self limiting disease). Pemakaianan obat sebelum tubuh sendiri berhasil melakukan koreksi swadayanya, hanya akan merugikan badan. Sekiranya juga harus memakai obat, keputusannya perlu rasional. Pemakaian obat baru diputuskan bila tak ada cara lain untuk menyembuhkan dan karenanya efek samping obat boleh diabaikan (risk benefit ratio).
Dokter memilihkan untuk pasien, obat yang paling cocok dengan penyakitnya. Prinsipnya, dengan dosis sekecil mungkin yang memberi efek sebesar mungkin. Untuk itu dokter dituntut rasional meracik obat, dan pasien sendiri rasional pula dalam mematuhi aturan, dosis dan cara pakai. Obat berubah peran menjadi racun kalau dipakai tidak pada indikasi yang tepat atau dosis yang diberikan berlebihan.
Pemberian obat disebut rasional apabila tak banyak ragam obat yang diberikan. Semakin sedikit ragam obatnya dan menyembuhkan penyakitnya, semakin arif nilai sebuah resep. Tangan dingin atau tidaknya seorang dokter ditentukan oleh seni meracik obat yang rasional. Pemakaian obat rasional selain tidak merusak badan pasien, tak pula sampai menguras koceknya.
Ulah Sendiri
Berbeda dengan hotel berbintang, harga obat tidak menunjukkan kualitasnya. Citra obat generik jelek di mata masyarakat lantaran harganya murah. Obat generik lebih murah dari obat paten lantaran produksinya tidak lagi harus mengeluarkan ongkos riset untuk temuan obat baru dan juga tanpa promosi. Ongkos riset untuk menemukan obat baru tidaklah murah.
Semua obat paten yang harganya puluhan kali lipat dibanding harga oabat generik, lantaran harus membayar jasa riset temuan obat baru, selain promosi. Setelah lebih 10 tahun, masa monopoli hak paten obat paten sudah habis, lalu siapapun boleh memproduksinya, dengan harga jual lebih murah.
Hemat kita, tentu lebih bijak kalau tidak usah jatuh sakit. Banyak penyakit yang tidak perlu kita alami, kebanyakan adalah akibat ulah kita sendiri. Sebagian sebab kita belum cerdas untuk hidup sehat, akibat sering sakit dan penyakitnya belum tentu cuma satu pula, tak jarang perut kita sudah menjadi seperti sebuah apotek, segala macam obat mengisi usus kita. Sejatinya, semakin sedikit ragam obat yang kita konsumsi, semakin bijak diri kita. Apalagi kalau tidak perlu minum obat sama sekali.
Pengaruh Stres
Sebuah studi mengungkapkan bahwa tubuh manusia didesain untuk bisa bertahan hidup sampai 120 tahun (Maximum Life Potential, dr. Walter M. Bortz), tetapi lebih banyak orang yang hidupnya tidak panjang. Apa masih mungkin sekarang ini setiap orang mampu menempuh umur sepanjang itu?
Rata-rata orang lebih dari duapertiga masa hidupnya dihabiskan untuk bekerja. Tidak sedikit bahkan yang sampai menjelang ajal masih terus mencari nafkah. Aktifitas otak sepanjang hayat eloknya memang tidak boleh ikut pensiun. Namun, aktifitas fisik berlebihan tanpa henti membuat tubuh lekas aus. Mereka yang bekerja fisik tanpa henti sampai uzur. Maximum Life Potential-nya berisiko tidak lagi penuh lantaran masalah kesehatan lebih banyak muncul di hari tua.
Seseorang dikatakan mampu menikmati hidup dan hidup dirasakan bermakna kalau hidupnya ditempuh dengan seimbang. Untuk itu hidup tak perlu berlebihan. Perlu sediakan waktu untuk merenung. Punya waktu untuk time-out sejenak, melakukan check up terhadap kehidupan. Tahu pula kapan saatnya harus minggir menepi (Ruralisasi).
Agar menjadi kurang bermasalah dalam kesehatan, tergantung seberapa bagus kita memperlakukan tubuh di sepanjang hidup. Cukupkah gizi, sehingga mesin tubuh kita awet dan tahan lama. Cukupkah jeda harian sehingga roda dan ban tubuh kita tidak lekas aus dan gundul. Sudah cukupkah pula tenang jiwa kita.
Jiwa yang gundah merusak badan juga. Stres sendiri merongrong tubuh. Kencing manis, jantung koroner, darah tinggi, lemak darah, begitu juga kanker, diperburuk oleh stres. Barangkali itu sebab usia krisis yang dulu rata-rata baru terjadi setelah usia 50, akibat cenderung dirundung stres berkepanjangan (malstress), krisis orang sekarang sudah muncul ketika umur masih 40 tahunan.
Kita melihat semakin banyak kasus psikosomatis muncul pada orang sekarang. Itulah bentuk keluhan jiwa yang gundah yang dihibahkan ke badan. Penyakit badan yang muncul akibat jiwa yang merana.
Waspada Kurang Gizi
Status kesehatan seseorang mencerminkan otobiografi menu harian sepanjang hayatnya. Menu modern di satu sisi membuat kelebihan gizi, sehingga berat badan selalu melebihi ukuran normal. Di sisi lain membuat banyak orang yang hidupnya kecukupan berisiko kekurangan gizi. Mengapa?
Tidak sedikit di Amerika orang yang kekurangan mineral, termasuk trace elements akibat monodiet, selain memiih menu olahan yang gizinya sudah kritis. Tubuh membutuhkan lebih 40 jenis nutrien setiap hari. Sebagian tidak bisa dibuat oleh tubuh sendiri (essential), hanya mengandalkan dari menu harian.
Makanan kalengan, masakan olahan, junk food, fast food, tergolong menu ampas, sebab sudah banyak kehilangan zat gizi akibat cara panen, cara simpan dan cara olah. Sementara lapisan permukaan tanah (topsoil) bumi kita sudah sejak puluhan tahun lalu luruh ke laut, sehingga kehilangan sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman maupun tubuh manusia.
Sayur mayur dan ternak yang kita konsumsi sekarang ini sudah tidak lengkap lagi kandungan zat gizinya dibanding yang dikonsumsi nenek moyang kita dulu. Jika tubuh kekurangan zat gizi yang tubuh tidak bisa membuatnya sendiri, lama kelamaan akan mengganggu mesin tubuh juga. Sakit gizi macam begini yang kini banyak diderita orang modern dalam bentuk keluhan letih-lelah-lesu.
Radikal Bebas
Bisa dimengerti kalau banyak kasus penyakit jantung, hati, prostat, pankreas atau organ lainnya sampai gangguan jiwa muncul ternyata hanya lantaran kekurangan trace elements tertentu. Inilah jenis mineral yang dibutuhkan dalam dosis yang amat kecil, tetapi menimbulkan gangguan bila tubuh tidak mendapatkan setiap hari.
Tubuh kita membutuhkan lebih sepuluh jenis trace elements yang tidak selalu tersedia dalam menu harian kita sekarang ini bila pola makan masih monodiet dan memilih menu ampas.
Kaitan zinc dengan gangguan prostat, kromium dengan kecing manis, selenium dengan jantung dan banyak riset baru mengungkapkan betapa esensial peran mineral dan trace elements dalam memunculkan banyak penyakit (kurang gizi) yang beragam keluhan dan gejalanya itu, yang mungkin tidak selalu muncul nyata dan kita tidak menyadarinya.
Polusi sudah kuyup dimana-mana. Udara yang kita hirup setiap detik polutannya sudah melebihi ambang yang diperkenankan. Air yang kita minum belum tentu cukup mineral, selain banyak cemarannya. Menu harian kita juga sudah tercemar pengawet, zat warna, penyedap, selain bibit penyakit dan radikal bebas yang memberi andil untuk mencetuskan banyak penyakit orang modern termasuk kanker.
0 Response to "Hidup Sehat Panjang Usia Tanpa Obat-obatan Menurut dr. Handrawan Nadesul"
Post a Comment