Tips Ampuh Mengatasi Anak yang Berbohong. Menurut Psikolog Ine Indriani, M.Psi
Setiap orangtua tentu menginginkan agar anak-anak mereka selalu jujur. Tapi bagaimana jika di usia yang masih kecil anak sudah mulai berbohong? Apa penyebabnya?
Suatu hari Wanda, 32 tahun, mendengar percakapan putrinya Nina, 4 tahun, dengan teman bermainnya.
"Aku kemarin habis jalan-jalan ke Bandung sama Mama dan Ayah." ujar Nina pada temannya.
Sontak Wanda pun terkejut mengetahui sang anak berbohong pada temannya karena kemarin mereka tidak pergi kemana-mana.
![]() |
Ine Indriani |
"Mereka berbohong bisa karena 2 hal, yang pertama karena mencontoh perilaku orang lain, terutama orang tua atau karena belum bisa membedakan antara realita dan fantasi. Misalnya mereka berbohong dengan mengatakan, 'Di rumahku banyak permen', padahal itu ada di dalam khayalannya saja". terang Ine
Pahami Penyebabnya
Ada banyak hal yang menjadi faktor anak berbohong pada orangtua atau teman-temannya dan antara satu anak yang suka berbohong bisa berbeda dengan anak yang suka berbohong lainnya. Diantara faktor-faktor itu, salah satunya ingin diperhatikan orangtua karena dengan berbohong anak akan mendapat teguran.
Menutup-nutupi sesuatu atau menghindari konsekuensi tertentu juga menjadi salah satu penyebab anak berbohong. Misalnya anak mengatakan nilainya bagus, padahal nilai ulangannya jelek, karena menghindari agar tidak dimarahi orangtuanya.
Baca juga : Anak Penakut, Salah Siapa? Menurut Psikolog Ristriari, M.Psi
Faktor lainnya, lanjut Ine, anak berbohong karena menghindari tugas tertentu. Misalkan ibunya menanyakan apa sudah belajar lalu anaknya mengatakan sudah padahal ia belum belajar. Kadang juga anak berbohong untuk bereksperimen demi mengetahui reaksi atau respon orangtua.
Di lingkungan bermainnya, jika anak berbohong bisa jadi karena anak mendapatkan tekanan dari teman-temannya sehingga dia berusaha menyelamatkan diri dengan berbohong.
Dari beberapa faktor penyebab diatas, anak berbohong bisa jadi salah satunya karena sikap orangtua. Oleh karena itu, Ine mengatakan, ketika kita melihat anak kita berbohong perlu ditelusuri penyebabnya. Apa karena faktor anak sendiri atau karena faktor orangtua. Jika karena faktor orangtua ada beberapa hal yang menjadi pemicunya.
"Orangtua yang juga suka berperilaku bohong, sehingga anak pun menganggap bohong adalah perilaku yang boleh dilakukan. Kebiasaan-kebiasaan bohong tersebut misalnya dengan mengatakan, 'kalau tante Mira telepon, bilang Mama sedang tidur'. Padahal kenyataannya Mamanya tidak tidur atau 'kalau kamu tidak makan, nanti ada monster datengin kamu'," Ine mencontohkan.
Orangtua yang mengabaikan anaknya, lanjut Ine, juga bisa jadi pemicu karena anak merasa dengan berbohong orangtuanya akan lebih memperhatikan dirinya walaupun perhatian yang diberikan orangtua berupa pemberian konsekuensi seperti memarahi.
Faktor lainnya, komunikasi satu arah yang dilakukan orangtua pada anak juga bisa jadi penyebab karena membuat anak merasa tidak didengarkan atau dipahami perasaannya.
"Karena merasa tidak dipahami dan didengarkan, anak kemudian menggunakan manipulasi keadaan untuk mendapatkan hal yang dia inginkan," Sambung Ine.
Baca juga : Ketika Anak Bicara Kasar. Menurut Psikolog Woro Kurnianingrum, M.Psi
Konsekuensi Sesuai Usia
Lantas, bagaimana orangtua harus menghadapi buah hatinya yang berbohong.
"Orangtua perlu bersikap tenang dan positif, katakan bahwa kita sebagai orangtua lebih menekankan kejujuran didalam keluarga. Ajarkan anak untuk mengatakan kejujuran agar orang-orang disekitarnya dapat percaya terhadap dirinya," jelas Ine.
"Orang tua perlu juga melakukan introspeksi diri apakah kebiasaan berbohong tersebut juga disebabkan sikap orang tua yang belum tepat? Mengingat peran orang tua sangat berpengaruh besar terhadap kebiasaan perilaku anak. Seperti kurang memberikan perhatian, menuntut anak terlalu banyak, tidak mendengarkan anak, dan sebagainya," papar Ine.
Cari tahu apa yang membuat anak berbohong. Apa anak merasa tertekan, terlalu banyak dituntut, memanipulasi keadaan dan ketika anak mengatakan kejujuran, berikan penghargaan pada anak dengan berkata,
"Terima kasih ya. Hari ini kamu jujur dengan Mama".
Bagaimana dengan menghukum anak yang ketahuan berbohong? Ine menjelaskan bila anak ketahuan berbohong, tentu tidak selalu langsung harus diberikan hukuman. Tergantung jenis kebohongan apa yang dilakukan anak dan berapa usianya,
"Misalnya anak prasekolah, yang biasanya belum dapat membedakan antara realita dan fantasi ketika anak berbohong mengatakan pada orangtua lain, 'kucingku ada banyak, ada 10.' Padahal sang anak tidak punya kucing sama sekali. Orangtua bisa menegurnya dengan tenang, 'kamu suka kucing ya?' jadi kamu membayangkan kalau kamu punya 10 kucing? Kamu ingin punya kucing y nak?' " jelas Ine.
Hal tersebut berbeda dengan anak usia 6 tahun ke atas yang sudah bisa membedakan antara realita dan fantasi. Menurut Ine, bila anak berbohong untuk menutupi suatu hal yang telah dia lakukan, orangtua boleh memberikan konsekuensi tertentu karena kebohongannya.
Namun, sambung Ine, lain halnya bila anak usia diatas 6 tahun berbohong dengan mengatakan nilai bagus padahal mendapatkan nilai jelek dan setelah ditelusuri penyebab berbohong anak karena tuntutan karena orangtua yang terlalu berat sehingga membuat anak menjadi stres.
"Bila hal ini terjadi, tentu pemberian konsekuensi tidak akan terlalu efektif, namun dengan menerima perasaan anak, mendengarkan keluh kesahnya dan menerima kapasitas anak akan membuat anak berperilaku jujur" terang Ine.
Orangtua tidak harus selalu memaksa anak mengakui perbuatan yang telah dilakukannya bertepatan saat memergoki kebohongan anak karena bicara dengan jujur tentu tidak mudah bagi anak yang suka berbohong. Oleh karena itu, saat anak memergoki, orangtua tetap perlu memberitahukan pada anak tentang pentingnya berperilaku jujur.
Baca juga : Anak Terserang Batuk? Minumlah Madu di Malam Hari Menurut dr. Ian M. Paul, M.D., M.Sc.
Tanamkan Kejujuran
Menanamkan nilai-nilai kejujuran sedari kecil dapat melatih anak agar selalu terbuka dan jujur kepada orang tuanya. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai kejujuran itu? Ine membaerikan beberapa penjelasan mengenai hal ini.
- Orang tua perlu berperilaku jujur. Hal yang pertama dan utama menurut Ine, anak cenderung meniru perilaku orang tua. Oleh karena itu, orang tua perlu berperilaku jujur bila ingin aaknya jujur. Hindari kebiasaan-kebiasaan berkata tidak jujur, misalnya, 'kalau tidak makan nanti nasinya nangis', 'mama gak pergi' yang ternyata pergi.
Kebiasaan tidak jujur kepada anak justru membuat anak belajar bahwa berbicara bohong atau tidak masuk akal adalah hal yang boleh dilakukan. Selain itu, kebiasaan membohongi anak akan menimbulkan perasaan cemas pada anak dan timbul ketidakpercayaan antara anak dan orang tua.
- Orang tua dapat dipercaya. Menjadi orang tua yang dapat dipercaya akan meningkatkan perilaku jujur anak. Dapat dipercaya berarti tidak hanya orang tua berkata jujur, namun juga menepati janji pada anak dan meminta maaf bila tidak menepati janji atau telat menepati janji.
- Jadi pendengar yang baik. Salah satu faktor anak berbohong karena ingin lebih diperhatikan, tertekan dengan tuntutan yang melebihi kapasaitasnya, dan lainnya. Dengan menjadi pendengar yang baik dan menerima perasaan anak membuat anak merasa diterima dan didengarkan, sehingga anak pun akan merasa nyaman untuk berkata jujur pada orang tuanya.
Misalnya, bila anak lelah dengan tuntutan les yang diberikan orang tua dan anak berbohong mengatakan pergi les padahal bolos, orang tua dapat mengatakan, 'kamu cape ya dengan les-les yang kamu jalani sekarang'. Hal ini akan membuat anak merasa nyaman dan lebih jujur kepada orang tua.
0 Response to "Tips Ampuh Mengatasi Anak yang Berbohong. Menurut Psikolog Ine Indriani, M.Psi"
Post a Comment