Sindrom PMS, Bikin Uring-uringan dan Emosi Tinggi. Penjelasan dr. Yossy Agustanti Indradjaja, SpKJ


Sindrom pra menstruasi kerap diarahkan kepada perempuan yang tiba-tiba jadi uring-uringan. Kabarnya PMS juga bisa membuat perempuan bunuh diri. Duh, mengerikan ya? Yuk, cari tahu seperti apa sebenarnya sindrom ini berdasar penjelasan Pskiater dr. Yossy Agustanti Indradjaja, SpKJ.

Melihat perempuan yang tiba-tiba marah di setiap bulannya, banyak orang lalu tersenyum geli menanggapinya. Tuduhan yang kerap ditudingkan kepada perempuan ini yaitu, PMS (
premenstrual syndrome) atau sindrom pra menstruasi. Sindrom pra menstruasi adalah kondisi yang dialami seorang perempuan menjelang haid. Ya, PMS memang umum menjadi lelucon di kalangan perempuan yang melihat rekan perempuan lainnya jadi uring-uringan. Kabarnya, pada beberapa hari menjelang haid perempuan bisa dihinggapi rasa tak nyaman dan mudah marah. Oleh karena itu, tak salah bila banyak orang kerap berpikir demikian. PMS memang bisa menghinggapi 70-80% perempuan usia reproduktif.

dr. Yossy
Pada dasarnya gejala PMS amat beragam dan tak sama pada setiap individu. Gejala PMS muncul seperti mood yang mudah berubah (swing mood) tak selalu menyertai PMS yang dialami perempuan. Menurut dr. Yossy, variasi gejala PMS yang ditunjukkan amat bergantung kepada kerpibadian tiap orang. Bahkan pada kondisi tertentu, PMS juga dapat memperparah depresi yang dialami seseorang hingga menguatkan keinginan bunuh diri. Akan tetapi, hal semaam ini amat jarang terjadi. Dibutuhkan kondisi-kondisi khusus hingga menyebabkan hal yang fatal. Seperti apa saja ya, kondisi tertentu itu?

Pengaruhi Fisik dan Psikis

Menurut dr. Eric Kasmara, SpOG, banyak teori yang berusaha menjelaskan mengenai PMS, diantaranya mengaitkan ketidakseimbangan hormon kewanitaan dan pengaruhnya pada hormon lain maupun neuro transmitter. Ada pula pendapat lain yang mempercayai terjadinya penurunan serotonin dan beta endorfin menjelang hai yang menimbulkan gangguan fisik dan psikis. Seperti rasa kencang pada payudara, kembung, konstipasi, diare, timbul jerawat, rasa lelah, cemas, mudah marah dan depresi. Sayangnya belum ada penelitian yang benar-benar pasti mengenai proses PMS itu sendiri. Namun secara empiris gejala PMS diklasifikasikan ke dalam 4 tipe. Tipe A (anxiety), tipe H (hyper hydration), tipe C (craving) dan tpe D (deprssion).

PMS tipe A kebanyakan menunjukkan rasa cemas, tegang dan sedikit kelabilan emosional. PMS tipe H lebih banyak menunjukkan gejala fisik seperti perut kembung, payudara tegang, pembengkakan kaki, hingga peningkatan berat badan menjelang haid karena penimbunan cairan. PMS tipe eeC dikaitkan dengan peningkatan selera makan. Misalnya menjelang haid cenderung jadi suk kudapan yang manis-manis. Sedangkan PMS tipe D menyebabkan depresi, sedih, lemah, dan bingung. Semua gejala ini dapat dirasakan 5 hari hingga 2 minggu menjelang haid, lalu akan hilang dengan sendirinya ketika sudah masuk masa menstruasi.

Baca juga : Penyebab Sering Kaget dan Terbangun Saat Tidur Menurut dr. Jason Ellis dan dr Andreas Prasadja, RPSGT

Bisa Sebabkan Bunuh Diri

PMS bukan sembarang perubahan fisik dan psikis yang berlangsung pada beberapa hari menjelang haid. Dr. Eric menegaskan, perlu pemastian gejala PMS berulang 2-3 siklus haid berturut-turut. jika ya, barulah dapat dikatakan seseorang mengalami PMS. Gejala PMS ini kebanyakan merupakan gabungan beberapa tipe PMS yang tidak berdiri tunggal. Misalkan, gejala PMS tipe A berkombinasi dengan tipe C yang menimbulkan peningkatan nafsu makan sekaligus perubahan emosional yang tak terkontrol.

Namun, pada kasus tertentu, kombinasi PMS tipe A dan D justru bisa memperparah kondisi emosional si penderita PMS. PMS ini kemudian dikenal dengan PMDD (pre menstruation dysphoric disorder) yang menyebabkan penderita yang sudah depresi, makin parah. Pada suatu tingkat dapat mencapai depresi tingkat berat, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari. 

"Sekitar 2-8% perempuan dengan PMS bisa mengalami PMDD," ungkap dr. Eric mengingat peluang terjadinya PMDD.

Bila PMDD disertai dengan riwayat gangguan kejiwaan seperti sindrom manik-depresi (bipolar syndrome), kepribadian histronic maupun gangguan kepribadian ambang, serta sudah pernah tercetus ide bunuh diri, maka tak tertutup kemungkinan penderita depresi berat yang mengalami PMDD memutuskan bunuh diri.

Dr. Yossy tak menolak hal itu dapat terjadi, namun ia pun menekankan, PMS bukanlah pencetus utama dari keputusan bunuh diri. Biasanya ada pencetus lain, misalnya sudah ada masalah lain yang cukup berat. Ketika PMS membuatnya semakin tak nyaman, ini akan makin memicu depresi yang sudah ada.

Baca juga : Salah Bantal dan Cara Mengatasinya Menurut dr. Melya Wariyanto, SpAK

Terapi Obat dan Kepribadian

Menghadapi gejala PMS memang gampang-gampang sulit, Ada yang bisa melewatinya sendiri tanpa masalah. Ada pula yang kerap menjadi masalah bulanan. Bila kerap menemui masalah siklus bulanan, baik dr. Yossy maupun dr. Eric menyarankan untuk berkonsultasi pada ahlinya. 

Menurut dr. Yossy, pada tahap awal biasanya pasien akan dianjurkan mengikuti konseling. Tujuannya untuk menanamkan pikiran positif pada pasien. Bila memang cukup mengganggu dalam konteks sosial, psikiater akan menganjurkan pasien mengikuti terapi suportif atau CBT (cognitive bevavior therapy). 

Terapi ini memiliki tujuan utama untuk mengubah pola pikir, jadi ketika ia merasa tak nyaman, ia akan tahu apa yang harus dilakukan. Namun bila disertai gejala lain yang memperparah depresi seperti, kecemasan berlebih, kelabilan emosi hingga sulit tidur, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala tadi. Terapi ini bertujuan meningkatkan serotonin sehingga dapat memperbaiki mood.

Sedangkan untuk sehari-hari, dr. Yossy menganjurkan bagi perempuan yang kerap mengalami PMS untuk berolahraga lebih teratur. Hal ini karena latihan fisik sangat berguna untuk meningkat hormon endorfin (hormon yang dapat meningkatkan rasa bahagia), sehingga bisa meningkatkan rasa nyaman.

Baca juga : Ramuan Super JSR dengan Segudang Manfaat ala dr. Zaidul Akbar

4 Tips Untuk Meringankan Gejala PMS

Pasti akan tidak nyaman rasanya saat dihinggapi gejala PMS. Untuk meringankannya, dr. Yossy punya sejumlah tips yang patut dicoba :

  1. Hindari mengonsumsi kopi, gula, dan garam berlebihan, terutama menjelang haid;
  2. Minum suplemen kalsium maupun multivitamin, terutama menjelang haid;
  3. Upayakan untuk senantiasa berolah raga secara teratur;
  4. Berusahalah untuk selalu berpikir positif dalam menghadapi setiap masalah.

Semoga bermanfaat


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sindrom PMS, Bikin Uring-uringan dan Emosi Tinggi. Penjelasan dr. Yossy Agustanti Indradjaja, SpKJ"

Post a Comment