Omelilah Anak dengan Nada yang Indah Menurut Dr. Seto Mulyadi, M.Psi.
Pemahaman hakikat anak, pengenalan proses tumbuh-kembangnya, serta pengertian mendalam tentang keunikan masing-masing anak, hanya dipahami terutama oleh orangtuanya dibanding pihak-pihak lain yang terkait dengan dunia pendidikan si kecil.
Sedangkan para guru sebagai pendidik di institusi pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan kelanjutan dari pendidikan orangtua.
Tapi tanda disadari, banyak orangtua yang merupakan pendidik utama justru menerapkan cara pengajaran yang salah, misalnya dengan menjewer atau membentak.
![]() |
Dr Seto Mulyadi, M.Psi |
Keluarga diharapkan bisa benar-benar kembali menjadi The School of Love, yang merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam membangun pola asih, asah dan asuh, guna membentuk anak berkarakter positif.
Karena itu, menurut Kak Seto, kesanggupan para orangtua untuk mau berubah sesuai dengan paradigma baru dalam mendidik putra-putrinya, adalah prasyarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
"Senyumlah ketika menghadapi anak. Mengomel boleh saja, tapi sampaikanlah dengan nada yang lebih indah, mengomel dengan menyanyi misalnya," tambah Kak Seto.
Apa saja akibat anak sering diomeli?
Satu hal yang mungkin tidak Anda sadari, ada akibat yang harus Anda tanggung saat anak sering dibentak oleh orangtua. Beberapa hal di bawah ini adalah akibat yang mungkin terjadi pada anak yang sering kali dibentak.
1. Membuat anak tidak mau mendengarkan orangtua
Jika Anda berpikir saat Anda membentak anak menjadi lebih mendengarkan dan patuh terhadap ucapan Anda, Anda tentu salah besar. Justru, salah satu akibat yang mungkin terjadi saat anak sering dibentak adalah anak Anda jadi tidak mau mendengar nasehat orangtua.
Cobalah untuk berdiskusi dengan anak Anda saat anak melakukan kesalahan daripada harus memarahi atau membentaknya dengan keras. Anda mungkin juga akan melihat hasil yang berbeda pada anak setelah menghentikan kebiasaan membentak anak.
2. Menjadikan anak merasa tidak berharga
Anda mungkin pernah merasa bahwa membentak anak membuatnya lebih menghormati Anda. Padahal, anak yang terlalu sering dibentak merasa dirinya tidak berharga. Hal ini tentu menjadi akibat lain dari anak yang sering dibentak oleh orangtua.
Sebagai seorang manusia, anak Anda tentu merasa ingin disayangi dan dihargai, apalagi dengan orang terdekatnya, termasuk Anda sebagai orangtua. Maka itu, terlalu sering membentak anak justru lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak dibanding sebaliknya.
3. Merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap anak
Tahukah Anda bahwa membentak anak adalah salah satu bentuk penindasan atau bullying? Ya, bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah saja, tapi bisa terjadi di rumah. Akibat yang mungkin terjadi pada anak yang sering dibentak bisa jadi mirip dengan dampak bullying.
Jika Anda tidak ingin anak Anda memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang buruk, lebih baik Anda menghentikan kebiasaan membentak saat anak membuat salah.
4. Merenggangkan hubungan dengan anak
Saat anak terlalu sering dibentak, salah satu akibat yang mungkin terjadi adalah hubungan orangtua dan anak menjadi renggang. Saat dibentak, anak mungkin merasa sedih, malu, dan tidak disayang lagi. Jadi, tak heran jika anak tidak mau terlalu dekat lagi dengan Anda.
Apalagi, jika Anda tidak mau mendengar alasan anak terlebih dahulu. Anak juga bisa merasa tidak dimengerti bahkan oleh orang terdekatnya sendiri, dalam kasus ini kedua orangtua. Apabila Anda tidak ingin perilaku membentak anak ini membuat hubungan Anda dengan anak menjadi lebih renggang, lebih baik hindari kebiasaan yang satu ini.
5. Membuat anak tidak mau menghormati orangtua
6. Menciptakan perilaku yang sama pada anak di masa depan
Menghardik ternyata bisa memberikan dampak buruk bagi kondisi psikologis anak dalam jangka panjang. Anak yang semasa kecil sering dibentak oleh orangtua lebih berisiko mengalami gangguan perilaku dan depresi akibat trauma masa kecil ini.
Selain itu, menurut sebuah artikel yang dimuat pada Child Development Journal menjelaskan, akibat dari anak yang terlalu sering dibentak orangtua bisa menyebabkan anak melakukan hal yang sama seperti orangtua lakukan saat ia masih kecil. Anak akan tumbuh sebagai orang yang lebih agresif secara fisik maupun verbal.
Pasalnya, saat masih kecil, anak telah terbiasa melihat perilaku kasar baik secara fisik maupun verbal dari orangtua sebagai bentuk penyelesaian masalah. Maka itu, ketika mereka sedang menghadapi masalah, solusi yang terpikirkan adalah perilaku kasar. Hal ini membuat anak Anda, saat dewasa nanti, mungkin tidak akan ragu membentak orang lain.
Jika bentakan Anda diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan atau menghina, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan hidup dalam kegelisahan.
Hakikat Anak
Selain itu, orangtua hendaknya mau melangsungkan komunikasi yang efektif dengan anak, serta memahami benar-benar hakikat anak, yakni:
1. Anak bukan miniatur orang dewasa
Artinya, anak memang bukanlah orang dewasa yang seolah ukuran badannya saja yang kecil (mini). Anak tetaplah anak, yang belum cukup memiliki kematangan dan masih banyak kekurangan serta kelemahan dibandingkan dengan orang dewasa.
2. Dunia anak adalah dunia bermain
Artinya, dunia anak pada dasarnya adalah dunia yang menyenangkan, yaitu bermain. Bermain mempunyai arti suatu kegiatan yang menyenangkan, tanpa paksaan dan tanpa suatu target yang ketat ataupun kaku. Jadi proses pembelajaran pada anak, hendaknya dilakukan melalui aktivitas yang benar-benar diwarnai suasana kegembiraaan.
3. Anak memiliki kecenderungan meniru
Artinya, apa yang dilakukan anak, banyak yang merupakan hasil peniruan terhadap apa yang terjadi di sekililingnya. Sehingga berbagai perilaku anak (apakah itu perilaku baik atau kurang baik), acapkali doambil dari perilaku orang-orang di sekitarnya (ayah, ibu, kakak, guru, teman dan lainnya). Itulah maka para ahli sependapat bahwa mendidik pada dasarnya adalah memberikan teladan dan bukannya sekedar memberi instruksi, memarahi apalagi menghukum.
4. Setiap anak itu unik
Artinya, masing-masing anak memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Karena itu, tidak semestinya membandingkan seorang anak dengan anak lain. Betapa pun itu saudara kandung atau bahkan saudara kembar sekalipun.
5. Anak berkembang secara bertahap
Artinya, setiap anak niscaya mengalami proses tumbuh dan kembang. Dan proses tersebut berlangsung secara tahap demi tahap, bukannya secara 'sekali-gebrak'.
Demikian pula proses pendidikan yang berlangsung di sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sudah saatnya untuk mengakhiri segala macam bentuk pembelajaran yang bersifat otoriter dan memasung pola pikir kreatif anak.
Semoga bermanfaat..
0 Response to "Omelilah Anak dengan Nada yang Indah Menurut Dr. Seto Mulyadi, M.Psi."
Post a Comment