Main "Berantem-beranteman" juga ada Manfaatnya bagi Si Kecil Menurut Ristriarie Kusumaningrum, M.Psi.

Tidak hanya orangtua yang senang dengan film-film action seperti "Fast and Furious" atau "James Bond" yang sarat dengan adegan bak bik buk, tapi juga si kecil. Ada banyak film action favorit anak di televisi. Sebut saja "Boboiboy", "Popeye", "Naruto" dan masih banyak lagi. Adegan perkelahian yang seru antara jagoan dan penjahat membuat anak tertarik. Apalagi saat berkelahi, sang jagoan biasanya mengeluarkan jurus-jurus tertentu yang memukau, sehingga lawan pun kalah.

Nah, anak-anak yang bak kamera otomatis akan memotret semua yang dilihat, untuk kemudian "mencetaknya" lewat perilaku. Walhasil, setelah menonton sang jagoan di televisi, mereka pun ingin mengikuti aksinya. Apalagi, kemampuan motorik si batita sudah berkembang pesat. Ia dapat berlari serta melompat dengan cukup baik. Hal inilah yang mendorong anak melampiaskan energinya lewat berantem-beanteman. Saat beraksi, ia pun mengembangkan imajinasinya menjadi tokoh idolanya.

Biasanya, berantem-beranteman ini lebih kerap dimainkan anak laki-laki, mengapa? Karena energi dan agresivitas anak laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini terbukti dari riset yang dilakukan Albert Mandura, guru besar psikologi asal Amerika. Penelitian lain juga membuktikan anak laki-laki lebih merespons sesuatu secara lebih agresif ketimbang anak perempuan.
Ristriarie Kusumaningrum

Meski begitu, Menurut Ristriarie Kusumaningrum, M.Psi., kita tak perlu khawatir anak laki-laki akan semakin bertambah agresif ketika dibiarkan bermain berantem-beranteman. Yang terjadi justru sikap agresifnya menjadi tersalurkan. Namun, bermain berantem-beranteman tidak disarankan bagi anak-anak dengan kadar agresivitas yang berlebihan, karena biasanya, mereka tidak mampu mengontrol perilaku sehingga kerap memukul, mencakar, atau menendang siapapun yang ada di dekatnya.

"Bagi anak-anak ini, pilihkan kegiatan lain. Misal, orangtua menyediakan samsak di rumah untuk ia tendang dan pukul, lapisi lantai dengan matras agar ia dapat melompat, merayap dan merangkak. Ajak ia ke tanah lapang untuk berlari-lari atau ke pusat permainan outbound. Biarkan ia menghabiskan energinya dengan cara-cara itu, bukan dengan berantem-beranteman," saran Ristriarie.

Bagaimana dengan anak perempuan, mungkinkah senang berantem-beranteman? Mungkin saja. Terlebih, bila lingkungan mendukung untuk itu. Contoh, jika gadis cilik begitu mengagumi tokok jagoan "Yaya dan Ying" dalam kartun "Boboiboy", dua jagoan perempuan yang mampu melumpuhkan para penjahat yang menyerang bumi.

Berantem dengan Ayah
Saat berantem anak perlu lawan. Biasanya lawan yang dipilih si Batita adalah orang terdekat, seperti ayah, kakak atau bisa saja ibunya. Berbeda dengan si prasekolah atau si usia sekolah yang lawan berantem-berantemannya bisa teman sekolah atau teman sepermainan karena sosialisasi mereka sudah lebih luas.

Gaya berantem-beranteman si batita pun cenderung kocak, tidak seserius si prasekolah. Setelah batita meninju, misal, ia minta dipeluk atau digendong. Gerakan-gerakan yang dilakukan pun lebih lemah. sebaliknya si prasekolah, gerakannya lebih cepat dan keras dengan jurus-jurus tertentu.

Banyak Manfaat
Apakah anak boleh main berantem-beranteman? Dalam taraf wajar ya diperbolehkan, bahkan dari situ anak akan belajar banyak hal. Salah satunya belajar berempati dan bersikap terhadap orang lain. Ketika ia memukul dan mengenai tubuh kita terlalu keras, kita bisa berpura-pura sakit sehingga ia sadar bahwa tindakannya dapat menyakiti orang lain. Pengalaman ini akan membuatnya belajar mengatur pukulannya agar tak menyakiti orang lain.

Kemampuan motoriknya pun akan lebih terasah lewat berbagai gerakan yang dilakukan, entah memukul, memasang kuda-kuda, menendang dan lainnya. Anak juga belajar berinteraksi secara langsung dengan orang terdekatnya. Kemampuan konsentrasinya semakin terasah karena ia harus tahu waktu tepat untuk menyerang, mengkis, menghindar dan sebagainya.

Supaya Aman
Hanya saja, tentu beranteman perlu dikondisikan agar berjalan aman. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  • Pura-pura Berantem ; Jelaskan kepada anak, ia hanya pura-pura berantem, bukan berantem betulan. "Ayo, kita pura-pura berantem!" Tunjukkan gaya seolah-olah kita sedang pasang kuda-kuda, melayangkan pukulan, terkena pukulan dan lainnya. Dengan begitu anak paham, permainan ini adalh pura-pura. Kemudian minta anak tak bersungguh-sungguh memukul, menendang dan lainnya karena bisa menyakiti lainnya.
  • Ingatkan dan Awasi ; Lawan untuk anak biasanya adalah orang-orang terdekat seperti orangtua. Meski begitu, bukan tidak mungkin bila pada suatu kesempatan ia mengajak teman sebayanya berantem-beranteman. Bila ini yang terjadi jangan sungkan untuk mengingatkan sekaligus mengawasi mereka. Jangan sampai yang awalnya hanya pura-pura, berubah jadi berantem betulan gara-gara anak memukul dengan keras. Ingatkan bila anak terlalu agresif, "Jangan keras mukulnya ya!". Sangat baik bila kemudian kita minta anak dan temannya berdiri berjajar kemudian melakukan gerakan memukul, menendang, atau lainnya bersama-sama. Dengan begitu energi anak tetap keluar dan ia merasa puas.
  • Waspadai Bahaya ; Pastikan aktivitas ini tetap aman. Hindari penggunaan alat seperti pedang-pedangan, tongkat, lidi atau benda lain. Anak batita belum mampu mengontrol gerkannya, jika ia memukul lawannya dengan pedang-pedangan bisa menimbulkan luka. Tempat yang digunakan untuk berantem-beranteman pun harus aman seperti di atas kasur, matras, rumput dan lainnya. Bukan di atas meja, ambang jendela, sofa dan sebagainya yang dikhawatirkan anak mudah terjatuh. 

Sudah siap main berantem-beranteman? Ciaaaaat!!



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Main "Berantem-beranteman" juga ada Manfaatnya bagi Si Kecil Menurut Ristriarie Kusumaningrum, M.Psi."

Post a Comment