Hati-hati Tuli di Usia Muda Menurut dr. Brastho Bramantyo, Sp.THT-KL (K)


Hentakan irama musik menemani perjalanan indah selama perjalanan Jogja-Jakarta. Sejak pesawat yang ditumpanginya terbang hingga mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, sekitar 2 jam, earphone yang tersambung ke smartphone miliknya terus menempel di telinga gadis 22 tahun ini. Alunan demi alunan terus membuainya. Tangan dan kepala bergerak serempak mengiringi musik favorit yang sedang diputarnya. 

Semula ia merasa asyik dan tanpa peduli orang sekitar. Namun, ketika telinganya terlepas dari earphone smartphonenya itu, dia terkejut. Ternyata telinganya terus berdengung dan gerebek-gerebek. Berkali-kali dia menelan ludah, berharap dengungan di telinga segera hilang, tapi gagal. Telinganya malah makin budek. Hiruk pikuk suasana bandara cuma terdengar sayup-sayup. Tak cukup itu, Indah pun seperti sempoyongan saat bangun dari tempat duduknya, rasanya seperti berputar.

Kejadian seperti Indah ini mungkin banyak yang mengalaminya. Telinga berdenging setelah melakukan perjalanan penerbangan jauh, memang jamak dirasakan oleh kita. Biasanya gangguan telinga ini dapat hilang dengan cara menelan ludah atau membuka mulut lebar-lebar. Namun bagaimana bila sudah berhari-hari yang terjadi justru sebaliknya?

Tuli Mendadak

dr. Brastho
Jika kamu pernah mengalami kejadian persis seperti Indah, telinga kamu mengalami berdenging (tinitus) dan rasanya berputar (vertigo), berhati-hatilah, bisa jadi kamu terserang sudden deafness atau tuli mendadak. Apa yang dirasakan Indah, bisa jadi merupakan gejala penyakit itu. Demikian penjelasan dr. Brastho Bramantyo, Sp.THT-KL (K).

Serang Saraf

Dr. Brastho mengatakan, ada tiga bagian yang terdapat pada alat pendengaran manusia. Masing-masing, telinga bagian luar, tengah dan dalam. Selain rambut-rambut, yang berfungsi menyaring kotoran pada telinga luar adalah gendang telinga-sebagai penerima suara pertama. Namun, oragan tersebut sangat rentan terhadap suara keras atau goncangan. Bahkan kedua rangsangan ini bisa merobek gendang telinga. Bila robeknya gendang telinga pada bayi dan anak-anak bisa sembuh dengan sendirinya, lain hal dengan orang dewasa. Untuk orang dewasa terkadang perlu pengobatan intens untuk penyembuhannya.


Berbeda dengan bagian luar, telinga bagian tengah berisi tulang-tulang pendengaran yang menghantarkan rangsangan suara dari gendang ke telinga bagian dalam. Pada bagian ini, terdapat saluran menuju tenggorokan yang bisa tertutup bila seseorang tengah menderita influenza atau terdapat ketidakseimbangan tekanan udara antara dalam dan luar telinga. Biasanya, hal ini terjadi bila seseorang sedang dalam perjalanan dari atau menuju pegunungan. Bisa juga menimpa bila manusia tengah bepergian dengan pesawat terbang. Gejalanya adalah pendengaran menjadi berkurang dan terkadang diserta dengan bunyi 'nging'. Gejala tersebut seringkali hilang dengan cara menelan ludah atau membuka mulut lebar-lebar.

Sedangkan bagian dalam telinga berisi sejumlah organ penting yang berhubungan dengan susunan saraf pusat. Diantaranya adalah koklea atau rumah siput, labirin atau pusat keseimbangan, dan saraf-saraf pendengaran. Di bagian ini, gangguan yang paling berbahaya adalah bila mengenai saraf pendengaran. Pasalnya, gangguan di bagian tersebut membuat penderita menjadi budek sumur hidup lantaran tak bisa dipulihkan kembali.

Gangguan syaraf pendengaran ini sering bersifat mendadak sehingga disebut tuli mendadak. Tuli mendadak (sudden deafness) dikategorikan sebagai satu diantara tingkat kegawatan dalam dunia kedokteran lantaran syaraf yang terganggu tak dapat dipulihkan kembali.

Berdasarkan penyebabnya, sudden deafness dibagi menjadi dua, yaitu :
  1. Murni sudden deafness. Merupakan ganguan pendengaran tipe sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, dari biasanya terjadi pada satu telinga.
  2. Bila diketahui penyebabnya, seperti karena trauma bunyi, trauma kecelakaan, atau infeksi telinga, dan lain-lain.

Lebih lanjut lagi dr. Brastho menambahkan penyebab dari sudden deafness sendiri sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Namun dari hasil risetnya dicurigai, adanya gangguan sistem vaskuler, perdarahan, trauma kepala, trauma bising yang keras, infeksi virus, perubahan tekanan atmosfir dan terjadi kelainan darah ke sistem rumah siput pada telinga.

Gejala yang paling sering dirasakan pada tahap awal gangguan adalah tinitus atau telinga berdenging yang kemudian diikuti dengan penurunan daya dengar. Penderita juga mengalami gangguan keseimbangan. Namun semua gejala tak selalu dialami setiap penderita, gejala yang muncul bersifat individual, tergantung dari berat atau ringannya gangguan.

Siapa Saja yang Bisa Terkena Sudden Deafness?

Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa, yakni sekitar 40-50 tahun. Namun dikarenakan pola makan yang tidak bagus serta pola hidup yang tidak berimbang antara aktifitas makan dan gaya hidup, maka insidennya mulai bergeser ke usia muda. Sedangkan pada anak-anak jarang ditemukan oleh karena tidak mudah untuk mendapatkan informasi dini yang mendetail pada mereka.

Gaya hidup menjadi faktor yang tak boleh diabaikan, dr. Brastho menyebut, kebiasaan mendengarkan musik dengan alat langsung yang dipasang ditelinga (earphone) yang menjadi kebiasaan di kalangan anak muda masa kini ikut memperbesar resiko tuli mendadak ini. Beberapa kasus yang melatarbelakangi, misalnya :
  1. Penyelam amatir (kadang penyelam professional juga bisa menderita ini);
  2. Orang yang suka menggunakan earphone;
  3. Orang yang beraktivitas di tempat bising (misalnya industri, tempat dugem, kafe, dan lain-lain);
  4. Orang yang sering begadang (sehingga aliran darah menjadi tidak lancar);
  5. Orang yang terbiasa di hawa dingin (misalnya naik gunung);
  6. Efek lain, seperti surfing, snorkling, kecelakaan, dan lain-lain.

Untuk kamu ketahui, gangguan tuli mendadak tak boleh disepelekan begitu saja karena bisa menjadi tuli permanen. Itu terjadi bila deteksi dan penanganannya terlambat. Ada periode emas yang dianggap bisa menyelamatkan pendengaran sang penderita, yaitu 2 pekan. Dalam rentang waktu tersebut penderita dianjurkan beristirahat total dan diobati berdasarkan tingkat ketuliannya. Jadi bila masih masuk dalam rentang 2 minggu pertama itu, penyakit masih dianggap responsif terhadap pengobatan dan masih dianggap baik, misalkan ada penderita yang mengalami gangguan kurang dari dua hari, setelah dua minggu pengobatan, ke depannya, pendengaran kembali bagus.

Bisa Pulih?

Menurut dr. Brastho, gangguan tuli mendadak ini bisa disembuhkan, tapi sayangnya tidak semua kasus bisa memiliki peluang yang sama. Karena ada beberapa kasus, meskipun dilakukan perbaikan, namun hasilnya tidak bisa sembuh alias tuli permanen. Oleh karena itu, dr. Brastho berpesan bagi yang merasakan keanehan pada telinga, untuk menyegerakan diri melakukan pemeriksaaan ke spesialis THT.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hati-hati Tuli di Usia Muda Menurut dr. Brastho Bramantyo, Sp.THT-KL (K)"

Post a Comment