Menghadapi Tangan-tangan Iseng Menurut Dra. Destryna N. Sahari, MA
Itulah gerutuan kesal Mawar (nama samaran) kepada seorang lelaki di sebelahnya, kontan hal tersebut meramaikan suasana bus kota yang sedang ditumpanginya. Sambil menahan kesal, perempuan ayu ini berdiri dan berpindah kursi. Muka lelaki itu pun langsung merah padam, terutama karena semua penumpang kini menatap pada pria itu. Begitu bus berhenti, ia langsung keluar dan menghilang.
Mawar lega, sudah beberapa kali Mawar mengalami perlakuan yang kurang mengenakkan di angkutan umum. Meski mengaku trauma, Mawar tetap memilih angkutan umum, bus kota sebagai sarana untuk bepergian dari rumah menuju kantornya karena menurutnya lebih praktis dan murah.
Kasus-kasus pelecehan seksual diatas angkutan umum sebenarnya bukanlah cerita baru. Tanya saja pada mereka, khususnya perempuan, yang setiap hari pulang-pergi kerja menggunakan jasa bus kota, kereta Jabodetabek ataupun Transjakarta, cerita soal kelakuan lelaki iseng di atas kereta rakyat itu sangat beragam.
Baca juga : Bukan Kencan Biasa. Menurut Psikolog Roslina Verauli, Psi
![]() |
Dra. Destryna N. Sahari, MA |
Menjadi korban pelecehan seksual di angkutan umum, tentu saja sangat menyebalkan. Kejadian yang tak mengenakkan itu akan membekas di hati sampai kapan pun. Menurut Dra. Destryna N. Sahari, MA, pelecehan seksual adalah seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak pantas dan membuat orang lain terganggu. Pelecehan seksual atau perlakuan tidak sopan yang bisa menimbulkan perasaan marah tersinggung dan malu memang sebaiknya tidak didiamkan.
Macam atau bentuk pelecehan seksual ini sangat luas. Mulai dari, main mata, siulan, nakal, komentar yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai perkosaan. Pelecehan juga dapat berupa komentar / perlakuan negatif.
Target Pria Iseng
Perilaku pelecehan seksual ini semakin marak terjadi di masyarakat dan sebagian besar korbannya adalah kaum perempuan. Alasan seseorang melakukan pelecehan seksual bervariasi. Umumnya pelaku mengincar perempuan yang lemah, pasif atau kurang asertif (tegas). Seperti diutarakan Destryna, ada beberapa faktor penyebab seseorang melakukan pelecehan seksual. Pertama, lingkungan sosialnya, yakni dimana kondisi seorang laki-laki dan perempuan yang dibesarkan akan memengaruhi perilakunya nanti. Selain itu berbagai sudut pandang bisa menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang melakukan pelecehan seksual.
Baca juga : Kanker pun Bisa Tumbuh di Mulut Menurut drg. Gus Permana Subita, SpPM, PhD dan Prof. Dr. drg. Elza Ibrahim Auerkari, M.Biomed
Faktor berikutnya adalah kebiasaan masa kecil. Kebiasaan atau perlakuan ibu contohnya seorang anak sewaktu kecil yang mempunyai kebiasaan memegang payudara ibunya dan tidak mendapat teguran, itu akan menjadi kebiasaan dan akan sering dilakukannya pada orang lain.
Pelaku pelecehan bisa juga dipengaruhi perilaku seks yang menyimpang. Orang-orang yang memiliki kelainan seperti memperlihatkan alat vitalnya, suka membahas porno aksi atau memiliki perilaku suka mengintip, sangat besar kemungkinan untuk melakukan pelecehan.
Pelaku pelecehan seksual bisa datang dari usia remaja hingga tua. Tidak ada golongan usia berapa yang paling dominan melakukan pelecehan seksual. Sejauh ini berbagai bentuk aksi pelecehan seks terhadap perempuan sering terjadi di dalam angkutan umum maupun tempat-tempat umum. Hal ini disebabkan tempat umum merupakan tempat yang sulit terlacak karena ramai.
Dampak Pelecehan
Meski sering menimpa banyak perempuan, fenomena ini jarang mendapat perhatian. Padahal pelecehan seksual bukanlah perkara ringan. Psikolog Destryna menuturkan, dampak yang ditimbulkan bisa berat, meliputi fisik maupun psikologis. Secara psikologis korban pelecehan seksual akan mempunyai rasa trauma dan takut pergi ke tempat-tempat itu. Selain itu bila dilihat secara keagamaan, ada saat korban akan merasa kecewa dan marah terhadap Tuhannya.
Baca juga : Si Kecil yang Super Sibuk. Menurut Dra. Louise Maspaitella, M.Psi
Dampak lain yang tak kalah menyiksa, korban pelecehan seksual akan merasa kehilangan nafsu makan. Akibat trauma yang dialaminya, korban akan merasa curiga terhadap semua orang atau lelaki. Perasaan malu, takut dan cenderung menunggu hingga hal itu tidak tertahankan lagi dan baru melapor atau mengeluh, kerap terjadi.
“Jadi memang tidak mudah sehingga butuh pendampingan dari keluarga dan teman untuk memberitahukan kepadanya untuk memaafkan kejadian tersebut dan berpesan untuk bisa lebih berhati-hati ke depannya” Imbuh Dra. Destryna.
Tegas Saja
Seringkali perilaku pelecehan seksual terus berulang dialami karena tanpa sengaja kita sendiri sebagai korban berlaku permisif terhadap perlakuan tersebut. Misalnya, bila penumpang lain mepet-mepet kita, padahal suasana kendaraan lengang, kita diam saja. Mungkin sebenarnya kita tidak setuju, tetapi bingung mengungkapkannya atau takut. Atau bila seseorang berlaku ‘tidak sengaja’ menyentuh area privat kita, dengan dalih apapun lalu kemudian dia senyum-senyum. Kadang karena kaget, kita tidak bisa berbicara atau memprotes tindakan tersebut secara spontan. Namun kadang-kadang sebagai perempuan, ada juga yang merasa takut untuk protes.
Baca juga : Uban, Rambut yang Tak Diharap Menurut dr. Fifija
Saatnya katakan bahwa kamu tidak suka dengan perlakuan seperti itu. Tidak harus berteriak marah, tapi ungkapkan dengan nada jelas dan tegas. Seperti gerutuan Mawar diatas, tatap mata orang yang melakukan tindakan yang tidak menyenangkan tersebut supaya dia mengetahui kamu serius.
Saran lain dari Destryna, berpakaian tidak mencolok,
“sekali-kali tampillah maskulin, pokoknya usahakan berpakaian rapih.” Kata Destryna
“Ingin lebih aman? Hindari tempat-tempat yang sangat penuh seperti halnya halte bus”, sarannya lebih lanjut.
0 Response to "Menghadapi Tangan-tangan Iseng Menurut Dra. Destryna N. Sahari, MA"
Post a Comment