Anak Obesitas Akibat Orangtuanya? Menurut dr. Syaiful Effendy, SpA, M.Kes
Mempunyai anak gemuk memang menggemaskan. Meski begitu tentu kamu sebagai orangtua tak ingin jika gemuknya sang anak mencapai tahap obesitas yang dapat berujung pada timbulnya berbagai penyakit. Jangan dulu menyalahkan orang lain karena ternyata orangtua berpotensi sangat besar menyebabkan anak mengalami obesitas, kok bisa? mari kita ikuti penjelasan dr. Syaiful Effendy, SpA, M.Kes dibawah ini.
Ukur Berat Badan
Berat badan ideal seorang anak ditentukan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tinggi badan. Penilaian dapat dilakukan menggunakan kurva pertumbuhan seperti The Centers for Disease Control (CDC), WHO-National Center for Health Statistics (NHCS), dan Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Pada bayi baru lahir sebaiknya pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dilakukan pada minggu pertama, ke-2 dan ke-4. Selanjutnya dianjurkan melakukan pengukuran satu kali setiap bulan. Umumnya, bayi pada 1 tahun pertama pertumbuhannya paling cepat adalah 3 bulan pertama. Biasanya pertambahan bayinya antara 500gr-100gr/bulan. Setelah 2 tahun, pertumbuhannya berkuran intensitasnya sekitar 2 kg/tahun dan korelasi tinggi badan juga berkisar 5cm/tahun.
Anak Obesitas
Dr. Syaiful menjelaskan bahwa obesitas adalah suatu keadaan bila terjadi penimbunan lemak yang berlebih daripada kebutuhan tubuh normal. Untuk menentukan anak obesitas atau tidak harus ditentukan bahwa kadar lemak tubuhnya lebih dari normal atau tidak. Sampai saat ini, pemeriksaan paling mendekati dengan korelasi lemak tubuh adalah pemeriksaan antropometri (fisik) berupa menentukan IMT. Pemeriksaan lainnya adalah secara visual.
Secara visual, anak obesitas mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebaya, bentuk muka tidak proposional dengan hidung dan mulut relatif kecil serta dagu berlipat, pada dan lengan atas besar, jari-jari tangan relatif lebih kecil dan runcing, dan terdapat timbunan lemak di sekitar payudara, perut menggantung, disertai garis-garis keputihan (striae). Alat kelamin pada anak laki-laki seolah-olah kecil karena timbunan lemak pada daerah pangkal paha.
Faktor Obesitas
Obestas pada anak terjadi akibat adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Dari beberapa penelitian, dilaporkan anak dengan salah satu atau kedua orangtua obesitas mempunyai resiko 5 kali dan 12 kali lebih besar mengalami obesitas. faktor lingkungan yang paling banyak berperan pada anak obesitas adalah pola makan dan aktifitas fisik anak. Pola makan yang tidak sehat dan seimbang seperti sering mengonsumsi makanan tinggi kalori fast food, soft drink, permen, dan makanan lain yang kaya kandungan lemak dan gula, berisiko menjadikan anak obesitas.
Disamping itu, pola makan salah dalam keluarga juga dapat berperan. Idealnya makan 3 kali sehari, tetapi karena faktor kebiasaan dalam keluarga yang makan dalam sehari lebih dari 3 kali, dapat menjadi faktor pemicu anak obesitas. Tak hanya itu, kadang ditambah pula dengan cemilan yang banya mengandung gula, sehingga asupan makanan kalorinya melebihi kebutuhan.
Pada beberapa kasus lainnya ada yang mengalami faktor dari kelainan otak si anak. Saraf sensoriknya mengatakan perut dalam keadaan lapar terus, karena terjadi kerusakan pada otak, yang mengatur pusat kenyang dan lapar. Padahal baru saja makan setengah jam yang lalu, tetapi masih terasa lapar.
Kurangnya olahraga membuat energi yang ada ditimbun terus menerus sehingga bisa menyebabkan anak obesitas. Beberapa penelitian melaporkan anak yang menonton TV selama 4 jam atau lebih tiap harinya berisiko lebih besar mengalami obesitas. The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan anak menonton TV atau komputer tidak lebih dari 2 jam/hari.
Penyakit yang Dapat Ditimbulkan
Hampir 60% anak dengan hipertensi persisten memiliki berat badan obesitas. Selain itu, dari data The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III), dilaporkan bahwa anak obesitas memiliki risiko 2,9 kali lebih tinggi menderita diabetes tipe 2 dibandingkan yang tidak obesitas. Hal itu berkaitan dengan resistensi insulin dan ukuran sel lemak tubuh.
Terdapat banyak tubuh adanya hubungan antara obesitas dan penyakit jantung. Data Firmingham menyokong hubungan obesitas dan penyakit jantung setelah pengamatan selama 26 tahun. Anak obesitas mempunyai 3,3 kali lebih tinggi menderita penyakit jantung koroner. Anak obesitas juga dicurigai dapat mengalami OSAS (Obstructive Sleep +963
Apnea Syndrome) dengan ditandai ditemukannya gejala mendengkur (snoring) pada anak. Terjadinya OSAS pada obesitas akibat adanya penyempitan saluran nafas atas karena penumpukan lemak di daerah leher.
Pada anak obesitas didapatkan pula prevalensi penyakit refluks gastroesofagus sebesar 22% dalam suatu penelitian di komunitas anak berusia 14-17 tahun. Gangguan pencernaan berupa refluks gastroesofagus, adalah kembalinya cairan lambung ke arah esofagus. Anak obesitas lebih cenderung mengalami pubertas lebih dini. Ditambah lagi dengan adanya risiko kelainan tulang berupa bergesernya pangkal tulang paha (caput femur) dari sendi panggul. Obesitas juga bisa mempengaruhi faktor kejiwaan pada anak yaitu kurang percaya diri. Anak menjelang remaja yang mengalami obesitas cenderung pasif dan mengalami depresi.
Obat Pelangsing
Penggunaan obat menurunkan berat badan anak tidak dianjurkan karena adanya efek samping yang merugikan. Bilapun menggunakan, harus melalui konsultasi dokter yang ketat. Obat menurunkan berat badan hanya diperbolehkan pada anak diatas usia 12 tahun. Ada 2 jenis, yaitu orlistat dan sibutramin. Orlistat mengurangi penyerapan lemak di usus. Obat itu mempengaruhi penyerapan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K), sehingga anak harus minum suplemen vitamin 2 jam sebelum atau sesudah minum obat tersebut. Efek samping yang paling sering adalah buang air besar yang berminyak atau berlemak. Karena menyebabkan gangguan penyerapan vitamin dan gangguan pencernaan terebut, penggunaan obat itu harus dalam pengawasan.
Dukungan Orangtua
Kamu sebagai orangtua harus memberikan dukungan moril. Hal terpenting lainnya adalah memberikan contoh dengan tidak makan berlebihan atau teratur sesuai porsinya. Selain itu sebaiknya aktifitas anak ditingkatkan. Tidak lupa mengatur dietnya dan dievaluasi dari kalori makanannya. Jika kamu menemui kesulitan dapat dikonsultasikan dengan pemantauan dari dokter spesialis anak atau ahli gizi yang mengaturnya. Semoga obesitas anak kamu dapat diatas sedini mungkin, sebelum terlambat hingga dewasa.
Tips Agar Anak Gemuk Sehat dan Tidak Obesitas
A. Pencegahan Primer (Saat Anak Belum Mengalami Obesitas)
Usia dibawah 1 tahun :
a. Berikan ASI ekslusif;
b. Jangan biasakan memberikan botol susu sebagai "teman"nya.
Usia 1 sampai 6 Tahun :
a. Ajar anak minum susu dari gelas;
b. Dianjurkan mengonsumsi susu rendah lemak (2%);
c. Mulai menerapkan pola makan sehat dan seimbang;
d. Jangan memaksa makan bila anak sudah kenyang;
e. Berikan pujian dibandingkan menjanjikan makanan sebagai suatu hadiah.
Usia diatas 6 Tahun :
a. Dorong anak untuk melakukan aktifitas fisik;
b. Batasi menonton TV atau bermain game;
c. Batasi minuman bersoda dan manis;
d. Berikan sayuran serta buah;
e. Jangan makan di depan TV atau komputer;
f. Batasi waktu makan di luar terutama restoran fast food;
g. Rutin memeriksakan kadar kolesterol.
2. Pencegahan Sekunder (Saat Anak Telah Mengalami Obesitas)
- Mengatur Pola Makan : Penurunan berat badan, dilakukan secara perlahan dengan penurunan rata-rata 0,45 kg perbulan. Pada anak dengan diabetes tipe 2, hipertensi, kelainan tulang dan gangguan tidur, berat badan perlu diturunkan lebih cepat.
- Meningkatkan Aktifitas Fisik : Jadikan aktifitas fisik sebagai suatu kebiasaan dan mendorong anak lebih banyak bermain interaktif
- Pemeriksaan Laboratorium : Skrining kolesterol dilakukan setelah usia 2 tahun, namun tidak lebih dari usia 10 tahun. Apabila kadarnya normal, pemeriksaan diulang dalam 3-5 tahun.
0 Response to "Anak Obesitas Akibat Orangtuanya? Menurut dr. Syaiful Effendy, SpA, M.Kes"
Post a Comment