Pilih Anak Baik atau Pintar. Menurut Psikolog Seto Mulyadi
Membentuk karakter anak baik tidaklah mudah dan cuma-cuma. Orangtua tidak bisa membebankan pembangunan karakter ini pada sekolah saja. Pembentukan karakter harus diupayakan melalui suatu pola asuh yang tepat dari orangtua.
Mana yang anda pilih, memiliki anak yang pintar atau anak yang baik? Anda pasti akan memilih keduanya. Pintar, dalam arti menguasai pelajaran di sekolah atau keterampilan tertentu dengan baik. Sedangkan baik, anak memiliki karakter yang positif, seperti sifat yang sopan, tidak mudah putus asa, jujur, rendah hati, teguh dalam mewujudkan impian, dan lain sebagainya.
Psikolog Seto Mulyadi (Kak Seto) mengatakan, orangtua seringkali lebih mementingkan anaknya menjadi pintar, dan menomorduakan karakter yang positif. Mengapa karakter yang positif perlu dimiliki, tak lain karena dasar-dasar karakter yang positif ini yang akan membuatnya mampu bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan sekitarnya.
Pentingnya Karakter
Kak Seto mengatakan karakter atau watak mengisyaratkan suatu norma tingkah laku tertentu, di mana seorang individu akan dinilai perbuatannya. Dengan kata lain karakter merupakan kepribadian yang dievaluasi secara normatif. Sebagai contoh karakter seseorang yang murah hati, Seorang yang penolong atau bisa pula sebaliknya karakter seorang pencuri, koruptor dan lain-lain.
Dengan demikian, karakter atau watak memiliki potensi yang besar untuk mempengaruhi pola pikir, perasaan dan tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Selain itu karakter juga yang menentukan bagaimana bentuk kontribusi seorang individu baik terhadap perkembangan diri, keluarga, lingkungan, bangsa bahkan kepada dunia dan alam semestanya.
Pola Asuh Tepat
Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menciptakan suasana mendidik yang menyenangkan bagi anak. Kak Seto menyarankan orangtua lebih kreatif dalam mendidik anak. Metode pembentukan karakter, menurutnya bisa muncul dalam bentuk apa saja, seperti: hiburan, permainan, pikiran yang positif, sulap dan lain sebagainya.
Sebagaimana diketahui, keluarga diharapkan bisa benar-benar kembali menjadi the School of love, karena satu-satunya mata rantai terpenting dalam pembangunan pola asih, asah dan asuh, guna membentuk anak berkarakter positif tersebut.
Meski terkesan sederhana, proses pembentukan karakter ini akan dirasa sulit jika orangtua terlalu menenggelamkan diri dalam pekerjaannya. Mereka lupa menjalankan tugas dan fungsinya untuk membentuk anak dengan karakter positif. Saat kelelahan orangtua menjadi cepat marah, tetapi tidak pada tempatnya bila kemarahan itu ditumpahkan pada anak. Sebab, kekerasan meskipun hanya dalam bentuk verbal akan merusak karakter positif anak.
Hal sama terjadi apabila anak sedang malas belajar. Menghadapi hal tersebut, orangtua tidak perlu menjadi panik karena bagaimanapun juga belajar adalah hak anak bukan kewajiban. Kak Seto juga berpesan agar orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lain, baik dengan kakaknya, adiknya atau dengan teman-temannya. Karena setiap anak itu unik sehingga tidak bisa dibandingkan dengan orang lain.
Pola Didik Anak Berkarakter Positif
Dalam membentuk anak berkarakter positif, kesanggupan orangtua untuk mau berubah sesuai paradigma baru dalam mendidik putra-putrinya adalah syarat mutlak, yaitu dengan kesediaan para orangtua untuk mau melangsungkan komunikasi efektif dengan anak serta memahami benar-benar hakikat anak. Seperti:
1. Anak bukan miniatur orang dewasa
Artinya, anak memang bukanlah orang dewasa yang seolah ukuran badannya saja yang mini. Anak tetaplah anak yang belum cukup memiliki kematangan dan masih banyak kekurangan serta kelemahan dibandingkan orang dewasa.
2. Dunia anak adalah dunia bermain
Pada dasarnya dunia anak adalah dunia yang menyenangkan yaitu bermain. Bermain mempunyai arti suatu kegiatan yang menyenangkan tanpa paksaan dan tanpa suatu target yang ketat maupun kaku.
3. Anak memiliki kecenderungan meniru
Artinya, apa yang dilakukan anak banyak yang merupakan hasil peniruan terhadap apa yang terjadi disekelilingnya. Sehingga berbagai perilaku anak, apakah itu perilaku baik atau kurang baik, seringkali diambil dari orang-orang disekitarnya (apakah itu ayah, ibu, kakak, guru dan lain-lain). Oleh karena itu para ahli sependapat bahwa mendidik pada dasarnya adalah memberikan keteladanan dan bukannya sekedar memberi instruksi, memarahi apalagi menghukumnya.
4. Setiap anak itu unik
Artinya, masing-masing anak memiliki keunikan sendiri-sendiri, oleh karena itu tidak semestinya membandingkan seorang anak dengan anak lain, entah itu saudara kandungnya, maupun saudara kembarnya.
5. Anak berkembang secara bertahap
Artinya, setiap anak niscaya mengalami proses tumbuh kembang dan proses tersebut berlangsung secara bertahap bukan sekali gebrak.
0 Response to "Pilih Anak Baik atau Pintar. Menurut Psikolog Seto Mulyadi"
Post a Comment