Positif Negatif Berkhayal. Menurut Iriani Indri Hapsari, Mpsi
Setiap orang pasti pernah berkhayal. Biasanya isi khayalannya tak jauh-jauh dari menjadi orang yang sukses, mendapat sesuatu yang berharga, melakukan sesuatu yang berbeda, dan meraih berbagai impian yang belum dapat dicapai saat ini. Dari kegiatan 'menyenangkan' tersebut yuk sob kita intip apa baik dan buruknya berkhayal?
Berkhayal atau dikenal juga dengan istilah berimajinasi, pada dasarnya adalah suatu proses penciptaan objek atau peristiwa yang masih ada di alam pikiran saja dan tidak melibatkan indera. Menurut kamus psikologi, imajinasi biasanya mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana masa mendatang yang dapat berbentuk fantasi yang didominasi oleh alam pikirannya sendiri sebagai sebuah mimpi.
Bolehkah Berkhayal
Secara prinsip, berkhayal wajar saja dilakukan. Yang harus diperhatikan adalah berkhayal seperti apa? Saat ini banyak orang berkhayal tanpa tujuan yang jelas. Mereka hanya membayang-bayangkan sesuatu yang diharapkan tanpa diikuti tindakan nyata untuk mewujudkannya. Menurut Iriani Indri Hapsari, Mpsi, berkhayal dapat berdampak positif maupun negatif.Seperti kita ketahui, banyak kisah tentang orang sukses yang mengawali kesuksesannya dengan berkhayal atau bermimpi dahulu, salah satunya kisah ‘Soichori Honda’ yang saat sekolah ia bukan termasuk siswa pandai. Saat guru menerangkan pelajaran sekolah, ia lebih sering melamun dan berkhayal tentang berbagai penemuan cemerlang terutama yang berkaitan dengan permesinan. Walaupun ia sempat dikeluarkan dari sekolah, ia tidak berhenti berkhayal dan tetap bersemangat untuk mewujudkan impiannya. Ia selalu berusaha menciptakan inovasi-inovasi, sampai akhirnya berhasil mewujudkan impiannya membuat sepeda motor dan mobil bermerek Honda yang diminati oleh banyak orang di seluruh dunia sampai saat ini. Uraian tersebut adalah contoh berkhayal yang positif karena disertai tindakan nyata dan usaha keras untuk mewujudkannya.
Selain berdampak positif, berkhayal juga dapat bermuatan negatif bila hanya dibayangkan tetapi tidak disertai perencanaan dan tindakan yang jelas. Hal tersebut akan mengaburkan kenyataan hidup yang dihadapi sebenarnya. Misalnya saja ada orang yang berkhayal ingin jadi orang kaya, punya banyak uang, mobil mewah, rumah mewah tetapi ia tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mendapatkannya, dan ia tidak berusaha keras untuk meraihnya atau hanya mengandalkan orang lain. Apabila hal tersebut tidak terwujud, secara perlahan pikirannya akan menjadi kacau dan dapat menimbulkan stres bahkan gejala psikosomatis (penyakit yang timbul yang disebabkan oleh kondisi mental atau emosi seseorang).
Iriani menceritakan sebuah kisah dari ‘X’, sebut saja namanya begitu. X mengikuti suatu acara lomba menciptakan lagu pada salah satu stasiun televisi, dengan impian menjadi pencipta lagu terkenal. Ia membayangkan jika menang akan langsung menjadi orang sukses, mendapatkan hadiah menggiurkan dan memiliki kesempatan berkarir di dunia entertainment.
Saat pengumuman lomba, X memang berhasil mendapatkan juara 1 dan berhak atas hadiah sepeda motor, namun impiannya untuk berkarir dan menjadi terkenal tak kunjung tercapai, hingga akhirnya ia jatuh sakit karena kelelahan fisik dan pikiran yang menimbulkan masalah psikosomatis bagi dirinya dan mengakibatkan ia meninggal dunia. Dari kisah ini dapat dipetik bahwa untuk meraih impian tidak seperti membalikkan telapak tangan dengan hasil instan, tetapi harus melalui usaha keras dan pantang menyerah. Jadi semua pilihan dari masing-masing individu, berkhayal seperti apa yang kita pilih?
Beda Berkhayal dengan Bercita-cita
Ternyata berkhayal tidak sama dengan bercita-cita sob. Menurut Iriani, cita-cita merupakan hasil akhir yang diperjuangkan oleh seseorang. Umumnya cita-cita disertai dengan perencanaan yang jelas sejak awal. Misalnya saja seseorang bercita-cita ingin menjadi dokter, maka ia akan sekolah dengan sungguh-sungguh untuk mendapat prestasi baik yang akan membantunya untuk dapat masuk ke jurusan IPA di SMU dan melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran. Tetapi tanpa suatu perencanaan, seperti tidak kuliah di jurusan kedokteran ataupun tidak bersungguh-sungguh ketika sekolah maka seseorang tidak bisa menjadi dokter.
Berkhayal merupakan suatu pemikiran yang muncul dan dapat menjadi cita-cita bila dituangkan dalam perencanaan serta tindakan nyata untuk meraihnya. Iriani menjelaskan bahwa dalam menghadapi realitas kehidupan, mau tidak mau dituntut untuk memiliki impian dan cita-cita disertai tindakan yang nyata agar hidup lebih terarah dan terencana. Seseorang bebas memimpikan apa saja yang diinginkan dan merencanakan hidup karena keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup umumnya diawali dari mimpi. Impian tersebut dapat dicapai bila seseorang tidak terlena dan hidup hanya dalam mimpi saja, namun juga mau berusaha untuk menuangkannya menjadi suatu tindakan untuk meraih impian tersebut. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat berhasil mewujudkan impiannya, melainkan tergantung dari diri masing-masing untuk mengarahkan dan mewujudkan impian tersebut agar menjadi nyata.
Tips Agar Impian Menjadi Kenyataan
- Dari banyaknya impian yang dimiliki, prioritaskan impian mana yang akan dan mampu diwujudkan dalam realita kehidupan;
- Buatlah perencanaan yang jelas untuk mewujudkan impian tersebut;
- Lakukan tindakan nyata untuk merealisasikan perencanaan yang sudah dibuat;
- Selalu optimis dan berfikir positif agar dapat mewujudkan impian menjadi kenyataan;
- Jangan mudah menyerah, karena dalam kenyataan akan banyak masalah dan penghalang yang muncul;
- Berusaha keras, bersabar dan berdoa kepada Tuhan yang menentukan segala sesuatunya;
- Bila mengalami kegagalan jangan berhenti, tetapi teruslah mencoba lagi dengan belajar dari kegagalan yang pernah dialami;
- Selalu bersyukur kepada Tuhan atas segala kemajuan yang diraih dari uasaha sejak awal bahkan sampai dapat mewujudkan impian.
0 Response to "Positif Negatif Berkhayal. Menurut Iriani Indri Hapsari, Mpsi"
Post a Comment