Menulis Buku Harian Yuk, Nak. Menurut Psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSi

Benarkah menulis buku harian hanya dilakukan anak perempuan saja? Apakah ada pengaruh menulis dengan perkembangan psikologis anak? Keuntungan apa yang diperoleh sang anak dalam menulis buku harian?  Yuk, kita kita ikuti penjelasan Psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSi.

Sebenarnya, setiap orang boleh menulis buku harian, malah sebaiknya dimulai dari kecil sob, kenapa? karena ternyata menulis buku harian sejak kecil akan membentuk kebiasaan positif diantaranya adalah membuat sang anak nantinya menjadi penulis handal. Oleh karena itu orangtua disarankan untuk memperkenalkan catatan harian pada anak-anak sedini mungkin.

Nah, secara psikologis, menurut psikolog Mayke dengan mengajak anak dan membiasakan mereka untuk menulis kegiatan harian mereka, berarti kita membuat anak terlatih mengungkapkan pikiran, perasaan dan harapannya dalam bentuk tulisan. Dari situ si buah hati akan belajar untuk mengetahui apa yang ia inginkan.

Manfaat Menulis Buku Harian

Bagi anak, menulis catatan harian bisa menjadi wadah "pembebasan" akan uneg-uneg mereka. Bila sang anak tak bisa mengungkapkan secara lisan ke orang tua ataupun ke teman-temannya karena dia masih sungkan atau pemalu, maka buku harian menjadi pilihan apalagi anak dengan tipe pendiam, menulis buku harian akan memberikan manfaat berupa kesan melegakan bagi anak. Menulis di buku harian akan menjadi semacam pelepasan perasaan bagi mereka. Hal itu berdampak positif daripada memendamnya sob.

Catatan harian juga bisa melatih kemampuan menulis anak. Anak bisa belajar menulis secara runut dan sistematis. Siapa tahu nanti bisa dikembangkan menjadi latihan untuk menulis sebuah cerita. Menurut sebuah penelitian, anak-anak yang terbiasa menulis catatan harian atau menuliskan khayalan atau impiannya, umumnya memiliki kemampuan kognitif (kemampuan yang mencakup kegiatan mental (otak)) yang cenderung lebih berkembang dibanding anak-anak yang tidak terbiasa menulis. Membiasakan diri menulis dalam bahasa baku sejak usia dini juga dianggap sebagai latihan menulis untuk mengarang fiksi atau untuk membuat karya tulis. Anak dengan kebiasaan menulis sedari kecil lebih berpeluang besar menjadi penulis.

Meski begitu tak semua anak bisa menjadi penulis walau sudah punya buku harian. Itu semua kembali pada kemampuan tiap-tiap anak. Ada yang berbakat menulis, ada yang tidak. Ada yang mau dan ada yang tidak. Intinya mah jangan terlalu memaksa sob ke anak dan jangan terlalu mendikte anak untuk menjadi penulis karena fungsi terpenting catatan harian adalah agar orang tua tau bagaimana ini mengungkapkan dirinya. Berilah masukan pada anak, ketika membicarakan catatan harian yang mereka buat, jangan terkesan terlalu mengkritik tapi lebih ke arah ajakan untuk memperbaiki bersama.

Ajarkan Dari Kecil

Bagaimana ceritamu hari ini nak..
Terus, bagusnya kapan nih buku harian diperkenalkan ke anak? Ya tadi, Sedini mungkin! yaitu saat anak sudah bisa menulis dan memperbaiki perbendaharaan kata yang cukup. Kira-kira kelas satu semester 2 sekolah dasar lah. Ketika waktu itu tiba, mulailah memperkenalkan buku harian pada si kecil, dan jangan berhenti disitu sob, sebagai orang tua kita harus membimbing anak tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan dalam menulis buku harian. Jadi jangan hanya menyuruh saja, tapi bimbinglah si anak agar mereka tidak bingung. Isinya bisa saja dimulai dengan hal-hal yang sederhana, satu atau dua kalimat. Yang penting adalah kegiatan ini dilakukan dengan konsisten, bantu anak untuk menemukan tema-tema menarik yang bisa dituliskannya, bisa berupa pengalaman hari ini dan apa yang mereka rasakan setelah mengalaminya, misalnya apa saja yang mereka lakukan, kejadian apa yang paling mereka sukai hari ini, kejadian apa yang paling mereka tidak sukai hari ini, ada yang membuat membuat sedih dan ada yang membuat senang.

Rahasia Tetap Rahasia

Kebanyakan orang menganggap buku harian sebagai wilayah privacy yang tak boleh orang masuki. Tak hanya orang dewasa saja yang tersinggung bila buku hariannya dibaca, anak-anak juga akan bereaksi sama.

Orangtua tidak boleh semena-mena membaca buku harian mereka tanpa seijin mereka. Bila orangtua 'mencuri-curi' dan anda tertangkap olehnya, maka hal itu akan memperburuk keadaan. Kepercayaan mereka ke sobat akan hilang. Karenanya Meyke menyarankan orangtua untuk bertanya terlebih dahulu, boleh atau tidak buku harian tersebut orangtua baca. Bila tidak boleh ya jangan memaksa. Meski begitu Meyke memberi 'extra toleransi' pada orang tua untuk 'diam-diam' membacanya. Hal itu boleh dilakukan asal tujuannya untuk mencari tahu apa yang salah pada si anak. Itupun harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak diketahui anak.

Nah, mulai sekarang, ayo sob kita perkenalkan buku harian pada anak sedini mungkin!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menulis Buku Harian Yuk, Nak. Menurut Psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSi"

Post a Comment